Isra Mi'raj, Komitmen Keimanan, dan Kesalehan Sosial

Photo Author
- Kamis, 8 Februari 2024 | 12:50 WIB
Menag Yaqut Cholil Qoumas.
Menag Yaqut Cholil Qoumas.


KRjogja.com - JAKARTA - Isra Mikraj adalah peristiwa perjalanan Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Yerussalem (Isra), yang dilanjutkan ke Sidratul Muntaha atau langit ketujuh (Mi'raj). Ulama berpendapat bahwa peristiwa ini terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10 kenabian. Demikian diungkapkan Menag Yaqut Cholil Qoumas, di Jakarta, Kamis (8/2/2024)

Oleh-oleh terbesar dari peristiwa ini adalah perintah salat lima waktu. Secara etimologi, salat berarti doa (berpengharapan). Sedang terminologi, salat berarti ibadah berupa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.

Takbir atau “Allahu Akbar” adalah bentuk penghambaan atas kemahabesaran Allah. Ini adalah pengakuan berdimensi tauhid, meng-esakan Allah, cermin kepatuhan dalam relasi vertikal antara hamba dan Tuhan.

Baca Juga: Mayoritas Investor dari China, Hilirisasi Nikel Rugikan Indonesia

Salat diakhiri dengan salam (doa keselamatan), sembari menoleh ke kanan dan ke kiri. Salam pada pengujung salat mengantarkan hamba dari ritual berdimensi spiritual kepada kesalehan sosial. Salam membangun kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial. Karenanya, perlu terus diingatkan tentang pentingnya membangun kedamaian, persaudaraan, kerukunan, dan merekatkan ikatan kemanusiaan.

Salat mencegah manusia dari perbuatan keji (fakhsya) dan munkar. Sebagian ulama menerjemahkan fakhsya sebagai sesuatu yang melampaui batas dalam keburukan (kekejian), baik ucapan maupun perbuatan, misalnya kemusyrikan, kekikiran, perzinaan, termasuk caci maki dan hinaan. Sedang munkar, sebagian ulama mendefinisikan sebagai segala sesuatu yang melanggar norma-norma agama dan budaya atau adat-istiadat suatu masyarakat.

Salat yang menjadi oleh-oleh Isra Mikraj Nabi Muhammad menegaskan bahwa agama dan kemanusiaan hidup berdampingan. Agama datang untuk memanusiakan manusia, dengan cara memelihara agamanya, jiwanya, akalnya, kehormatannya, dan hartanya.

Baca Juga: Jelang Pemilu UWM Minta Etika Politik dan Hukum Ditegakkan

Isra Mikraj menjadi momentum kembali menyadari bahwa kita hanyalah seorang hamba, Allah-lah yang Maha Besar dan Maha Esa. Tidak semestinya seorang hamba berlaku sombong dan congkak sehingga suka mencaci dan menghinakan sesama, serta membuat kerusakan di atas bumi-Nya. Isra Mikraj juga menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya terus menebar kedamaian dan kemaslahatan dalam hidup bersama.

Semoga kedamaian dan kerukunan umat terus terjaga menuju Indonesia Maju.(ati)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Puasa Ramadan 2026 Sebentar Lagi Datang

Minggu, 19 Oktober 2025 | 12:30 WIB

Unik, Ijab Qobul di Atas Motor Kuna

Selasa, 24 Juni 2025 | 16:50 WIB
X