Saatnya Melirik Reksa Dana Saham

Photo Author
- Minggu, 5 Juli 2020 | 10:21 WIB

MEMASUKI bulan keempat sejak kasus positif COVID-19 dipublikasikan di Indonesia, pasar finansial mulai menggeliat kembali, terutama sejak transisi PSBB diumumkan, dimana aktivitas ekonomi mulai dapat dilakukan secara terbatas.

Memang masih panjang perjalanan menuju ke era normal seperti sebelum pandemi. Tidak ada yang tahu kapan pandemi akan berakhir. Kita harus tetap waspada, mengikuti anjuran pemerintah, turut disiplin untuk membantu memutus mata rantai pandemi ini.   Selama masa pandemi, instrumen dengan risiko dan volatilitas rendah – seperti pasar uang - menjadi pilihan investor.

Namun untuk investor dengan profil agresif yang lebih berani menghadapi volatilitas, apakah sudah saatnya melirik instrumen saham, termasuk reksa dana saham? Simak penjelasan Freddy Tedja, Head of Investment Specialist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI).

Pasar finansial menggeliat

Sepanjang tahun berjalan dari akhir tahun 2019 sampai dengan akhir Juni 2020, indeks harga saham gabungan (IHSG) merosot dari level 6299 ke level 4905, atau pelemahan sebesar 22,1%. Di level terendahnya pada tanggal 24 Maret, IHSG bahkan sempat bertengger di level 3937 (atau melemah 37,5% hanya dalam tiga bulan dihitung dari akhir tahun 2019). Di lain pihak, jika kita berandai-andai menjadi cenayang yang dapat tepat mulai berinvestasi tanggal 24 Maret tersebut, “keuntungan” yang kita raup dalam tiga bulan sampai akhir Juni adalah sebesar 24,6%! Sayangnya, kita bukan cenayang.

Memasuki semester kedua tahun 2020, pergerakan pasar finansial Indonesia mulai menggeliat. Penyeimbangan antara pelonggaran PSBB diikuti dengan fokus upaya penurunan penyebaran wabah publik menimbulkan harapan kebangkitan ekonomi secara bertahap. Walaupun tantangan ke depan masih besar, tapi setidaknya perekonomian tidak ‘tutup total’ seperti dua atau tiga bulan yang lalu.

Dukungan stimulus fiskal dan moneter dari pemerintah dan Bank Indonesia (BI) juga semakin mengangkat sentimen. Ekspektasi pelemahan ekonomi akibat pandemi, langkah BI yang memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin ke level 4,25% menjadi kabar positif bagi pasar. Penurunan suku bunga diharapkan menjadi oli bagi roda ekonomi,  menjaga stabilitas dan mendorong pemulihan ekonomi di era COVID-19.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: tomi

Tags

Rekomendasi

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB

Mau Spin Off, CIMB Niaga Siapkan Tiga Tahapan Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 07:38 WIB

F30 Strategi Bisnis Baru CIMB Niaga

Kamis, 11 Desember 2025 | 18:52 WIB

Hingga 2025, Ada 146 Bank Telah DIlikuidasi LPS

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB

Penyaluran BLT Kesra Sudah Mencapai 75 Persen

Jumat, 5 Desember 2025 | 19:05 WIB
X