JAKARTA.KRJOGJA.com - Industri percetakan di Tanah Air masih terus tumbuh positif setiap tahunnya, meski saat ini era digital juga berkembang pesat. Berdasarkan proyeksi Persatuan Perusahaan Grafika Indonesia (PPGI), tahun 2018 ini industri percetakan masih prospektif dengan mencatat pertumbuhan sebesar 5%.
"Industri percetakan terus tumbuh, terutama untuk printing yang menunjang industri kreatif di Indonesia. Prospeknya cukup bagus," kata Senior VP Machinery dan HETO (Heavy Equipment, Truck and Others) BFI Finance, Yoga Aryanto, di sela-sela Pameran Allprint Indonesia, di Jakarta International Expo Kemayoran, Rabu (24/10/2018).
Yoga mengemukakan, salah satu faktor yang mendukung industri percetakan di Indonesia terus tumbuh antara lain semakin berkembangnya sektor usaha kecil dan mikro (UKM). “Banyak usaha UKM, baik itu makanan ataupun produk lainnya yang berkembang dan memerlukan cetakan kemasan. Cetakan kemasan inilah yang menopang tumbuhnya industri persetakan di Tanah Air,†jelasnya.
Selain itu, industri kreatif juga berkontribusi cukup besar dalam ikut mendorong tumbuhnya industri percetakan. Salah satu contohnya, garmen dan batik saat ini dalam produksinya juga sudah menggunakan mesin printing modern.
Yoga menambahkan, pertumbuhan industri percetakan ini diprediksi akan lebih besar lagi di tahun depan, mengingat adanya penyelenggaraan pemilu legislatif dan pilpres. “Permintaan produk percetakan akan lebih besar dari permintaan reguler seperti buku, majalah, dan barang cetakan rutin lainnya,†ujarnya.
Menyambut prediksi permintaan barang cetakan yang melonjak, Yoga mengatakan, BFI Finance siap untuk berkontribusi sebagai pendukung modal para pengusaha dalam mengembangkan usahanya. “Terlepas dari peralihan era konvensional ke era digital, kami optimis bahwa industri printing ini akan terus bertahan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan yang ada karena adanya permintaan konsumen,†katanya.
BFI Finance mencatat adanya peningkatan dalam jumlah pembiayaan baru untuk produk mesin sebesar 4.3% menjadi Rp 406.59 milyar. Secara nasional, BFI Finance terus konsisten mencatat pertumbuhan positif dengan penyaluran pembiayaan baru sebesar Rp 12,7 triliun, atau 24,2% lebih tinggi dari periode yang sama di 2017 sebesar Rp 10,2 triliun.
Yoga mengatakan, dari nilai pembiayaan baru tersebut, pembiayaan mobil bekas masih mendominasi dengan komposisi nilai pembiayaan sebesar 68%, diikuti dengan pembiayaan motor sebesar 15%, alat berat dan machinery sebesar 14%, serta mobil baru dan properti dengan kontribusi masing-masing sebesar 2% dan 1%.