JAKARTA (KRjogja.com) - Inflasi inti meningkat tajam di Januari 2017, berada pada 3,35% yoy. Angka ini merupakan angka tertinggi setelah Juli 2016 yang sebesar 3,49%. Hal itu mengindikasikan bergeraknya permintaan agregat di dalam negeri.
Demikian diungkapkan Ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean, Kamis (02/02/2017). Menurutnya, kenaikan inflasi, yang sebagian besar disebabkan oleh harga yang diatur oleh pemerintah ini, diprediksi hanya bersifat sementara hingga enam bulan ke depan.Â
Adrian menjelaskan ada kecenderungan  harga minyak dunia yang diperkirakan mulai meningkat  pada akhir 2016 menunjukkan kenaikan yang tersendat, bahkan ada tekanan menurun dalam beberapa hari di bulan Januari 2017. "Kami memprediksi suku bunga acuan Bank Indonesia akan tetap di angka 4,75% pada Rapat Dewan Gubernur BI yang akan diadakan pada 15 – 16 Februari 2017," ungkapnya.
Adrian menambahkan aangka inflasi umum tercatat sebesar 3,49% yoy pada bulan Januari 2017 atau 0,97% mom. Angka ini lebih tinggi dibanding inflasi bulan Desember 2016 sebesar 3,02% yoy, dan lebih tinggi dari konsensus pasar sebesar 3,11%. Angka inflasi bulanan ini pertama kalinya di atas 0,5% mom sejak September 2016, bahkan melebihi angka inflasi pada periode Idul Fitri 2016.Â
"Inflasi ini disebabkan oleh kenaikan tarif transportasi, komunikasi, perumahan, bahan pangan, dan jasa keuangan. Di sisi lain, harga cabai merah dan bawang merah mengalami penurunan harga," paparnya.
Adrian menjelaskan di awal tahun 2017, terjadi kenaikan beberapa harga yang diatur pemerintah, seperti tarif dasar listrik 900 VA, bahan bakar non-subsidi, dan perpanjangan surat tanda nomor kendaraan (STNK), baik roda dua, maupun roda empat. Selain itu, pulsa telepon ponsel juga mengalami kenaikan. Kenaikan yang terjadi pada tarif listrik ini adalah konsekuensi pengurangan subsidi pemerintah.Â
Pemerintah, kata Adrian diharapkan akan meningkatkan pengeluarannya di awal tahun sebagai kompensasi pengurangan subsidi listrik. Pengeluaran pemerintah tersebut diharapkan akan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi.Â
"Jika pengeluaran pemerintah tersebut tidak dialokasikan, maka diperkirakan akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun ini." (*)