JAKARTA (KRjogja.com) - Muhammadiyah melirik  bisnis di sektor pasar modal syariah guna mengembangkan potensi  ekonomi  Muhammadiyah lebih maju lagi.Â
Peryataan ini disampaikan oleh Ketua Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK)  Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Muhammad Najikh dalam acara knowledge sharing pasar modal syariah yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerjasama dengan MEK- PP Muhamamdiyah di gedung Dakwah PP Muhammadiyah – Jakarta.Â
Menurut Muhammad Najikh, aset-aset  yang dimiliki oleh Muhammadiyah sangat besar sekali namun Muhammadiyah belum memiliki perusahaan-perusahaan seperti Badan Usaha Milik Negara (BUMN), untuk  itu perlu dibentuk Badan Usaha  Milik Muhammadiyah (BUMM) selain aset-aset yang ada selama ini seperti Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) dan rumah sakit.
Guna mendorong Muhammadiyah memiliki multy company, lanjut Najikh, perlu dibuat perusahaan-perusahaan Muhammadiyah yang bisa initial public offering (IPO) sehingga yang membeli saham-saham perusahaan Muhammadiyah adalah warga Muhammadiyah. Adanya holding company BUMM merupakan sebuah keniscayaan untuk membuat perusahaan sekelas Tamasek di Singapura. Â
"Untuk mewujudkan semua itu sharing dan pengetahuan tentang pasar modal syariah sangat penting sebagai upaya dalam integrasi aset-aset Muhammadiyah untuk berkembang lebih luas," papar Najikh.
Najikh mendambahkan peluang Muhammadiyah dalam masuk pasar modal syariah sangat besar—hal ini tidak lepas dari besarnya aset ekonomi yang dimiliki oleh Muhammadiyah ditambah lagi dengan bisnis-bisnis yang dimiliki oleh para warga Muhammadiyah dan Jaringan Saudagar Muhammadiyah (JSM).Â
Deputi Komisioner Pengaws Pasar Modal I OJK Sarjito, mengangap, literasi pasar modal syariah  bagi warga Muhammadiyah sangat penting sekali untuk dilakukan. Selama ini Muhammadiyah dalam berinvestasi masih dengan instrumen lembaga keuangan perbankan dalam bentuk giro, deposito dan tabungan dan memberikan keuantungannya masih  kecil dibandingkan di sektor  instrumen pasar modal syariah.Â