KRjogja.com - SLEMAN - Momentum bulan Ramadan dan Idul Fitri menggerakkan siklus ekonomi musiman atau seasonal economy di Indonesia, termasuk DIY karena secara umum terjadi kenaikan permintaan. Jika kenaikan permintaan ini terantisipasi dengan baik, maka momentum Ramadan dan Lebaran menjadi sangat signifikan menggerakkan ekonomi
Hal tersebut disampaikan Rektor Universitas Widya Mataram (UWM), Edy Suandi Hamid dalam Ngobrol Ekonomi Ramadan (Ngober) #1 di The Alana Hotel & Convention Center Yogyakarta, Sabtu (16/3/2024). Kegiatan ini diinisiasi UWM Yogyakarta didukung Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Yogyakarta, Bank Indonesia (BI) DIY, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DIY dan SKH Kedaulatan Rakyat.
Hadir dalam Ngober tersebut Rektor UWM Edy Suandi Hamid, Kepala Perwakilan BI DIY Ibrahim, Kepala OJK DIY ParjIman, Ketua ISEI Cabang Yogyakarta Didi Achjari, Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY Dian Ariani dan Pengurus KADIN DIY Y. Sri Susilo. Turut serta Pengelola Hotel Budiharto Setyawan, Guru Besar FEB UGM Lincolin Arsyad , Pengurus ISEI Cabang Yogyakarta Rudy Badrudin dan Gumilang Sahadewo, Dekan FE UWM Jumadi, Dosen FEB UGM Amirullah Setya Hardi, Dosen FE UWM Bhenu Artha serta perwakilan dari BRIN Bakti Wibawa.
Baca Juga: Puluhan Kilogram Serbuk Mercon Diamankan
"Namun sayangnya, walaupun peristiwa seperti ini rutin, hampir selalu terjadi kekurangan produksi di pasar. Pelonjakan harga yang tidak wajar acap kali terjadi. Antisipasi di lapangan sering terlambat, akibatnya tekanan inflasi bulanan terjadi saat puasa dam impor produk tertentu dibuka sehingga memperburuk neraca perdagangan," tutur Edy.
Edy mengatakan naiknya harga saat permintaan naik pada ekonomi musiman ini memang sejalan dengan hukum-hukum ekonomi yang tidak terhindarkan. Namun karena ini terjadi secara rutin dan terprediksi jauh sebelumnya, untuk beberapa produk yang bisa diintervensi Pemerintah sudah harus jauh-jauh hari juga dikelola agar tidak terjadi lonjakan harga ini, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
"Memang suatu yang tak terelakkan adalah meningkatnya inflasi musiman saat lebaran. Ini terjadi karena permintaan meningkat mendadak. Namun seharusnya ini bisa di atasi, kalau para pelaku ekonomi dan pemerintah sudah mengantisipasi semua permintaan itu sejak awal sehingga inflasi yang berlebih tidak terjadi. Toh, kenaikan peminatan tersebut sudah rutin terjadi," imbuhnya.
Selain itu, Edy menyoroti dampak adanya mobilitas manusia dan dana besar yang masuk pada momentum lebaran yang berpotensial mendorong pertumbuhan ekonomi. Dari perspektif ekonomi perilaku mudik mengandung unsur positif, karena lebaran juga menunjukkan adanya fenomena transfer uang dari kota ke desa.
Baca Juga: Siapkan SDM Bidang Fashion, Kemitraan Antara SPV dengan DUDI Diperluas
Senada, Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY Ibrahim menyatakan dampak momentun puasa dan lebaran terhadap perekonomian tercermin secara nasional maupun di DIY itu nyata. Terutama terjadi kenaikan konsumsi masyarakat yang artinya berdampak ekonomi terjadi perbaikan pertumbuhan ekonomi yang musiman. Namun perlu dicermati kenaikan konsumsi tersebut perlu diimbangi dengan kenaikan pasokan dan bagaimana dampaknya terhadap harga.
"Kami menaruh perhatian terhadap kenaikan harga tersebut karena ini merupakan siklus. Di satu sisi, perekonomian meningkat.dan.di satu sisi inflasi juga meningkat. Sehingga kami bersama TPID baik provinsi hingga kabupaten/kota meningkatkan sinergi untuk masing-masing concern terhadap kepastian pasokan yang harus terjaga aman. Tinggal kami akan menyampaikan komunikasi yang efektif terkait Lebaran ke masyarakat dengan pasokan yang aman, tolong belanja dengan bijak. Kita harus imbang antara potensi pertumbuhan ekonomi dan inflasi," terang Ibrahim.
Kepala OJK DIY Jimmy Parjiman menyampaikan stabilitas sektor keuangan tetap terjaga ditengah ketidakpastian perekonomian global didukung permodalan yang kuat, likuiditas yang cukup dan stabil serta profil risiko yang terkendali. Sektor keuangan siap mendukung kebutuhan likuiditas dalam rangka pertumbuhan ekonomi atau perkembangan bisnis dan konsumsi masyarakat tak terkecuali di bulan puasa hingga lebaran.
"Bank perlu persediaan likuiditas yang cukup untuk memenuhi permintaan nasabah termasuk uang baru. Penggunaan transaksi digital juga dipastikan meningkat sehingga keamanan sistem transaksinya dan IT supporting perlu ditingkatkan agar terhindar cyber crime. Untuk itu, risk awareness senantiasa menjadi sesuatu yang melekat," tandas Direktur Kepatuhan Bank BPD DIY sekaligus Pengurus KADIN DIY Dian Ariani.
Baca Juga: Ribuan Santri Serukan Perdamaian Bersama GIGI
Sementara itu, Ketua ISEI Cabang Yogyakarta Didi Achjari menaruh harapan agar tercipta suasana kondusif baik bagi pelaku usaha maupun masyarakat agar bisa menjalankan ibadah puasa dengan tenang. Selain itu, pasokan dan harga beras serta kebutuhan bahan pokok lainnya agar bisa dikendalikan. Para pelaku usaha juga diharapkan tidak mengail di air keruh selama Ramadan sampai Idul Fitri nantinya.
" Momentum Ramadan dapat membawa berkah bagi UMKM seperti takjil yang disediakan di setiap masjid, pasokan makanan dipastikan dari UMKM, khususnya usaha kecil dan mikro. Pasar sore Ramadan hampir seluruh pedagang yang berjualan adalah pelaku usaha ultra mikro dan mikro. Jadi bulan puasa merupakan momentum untuk meningkatkan skill kewirausahaan bagi masyarakat, termasuk bagi pelajar dan mahasiswa," ungkap Dosen FBE UAJY serta Pengurus KADIN DIY Y. Sri Susilo.