Krjogja.com - Yogya - Penguatan nilai tukar dollar terhadap rupiah mencapai level Rp 16.394 telah menyita perhatian sejumlah kalangan. Karena dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah tersebut akan membuat barang-barang impor menjadi lebih mahal. Artinya akan akibatkan ekonomi biaya tinggi bagi konsumen dalam negeri yang membeli barang impor naik. Kondisi serupa juga akan dirasakan industri yang impor bahan baku dari luar negeri.
"Saya kira dalam menyikapi adanya kondisi seperti sekarang perlu ada intervensi dari pemerintah melalui berbagi kebijakan intervensi Bank Indonesia dan kembali menaikkan suku bunga. Karena saya khawatir, tanpa kedua hal itu, rupiah bisa makin terpuruk apalagi jika nilai tukarnya mencapai Rp 17 ribu,"kata pengamat ekonomi sekaligus dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY), Widarta MM di Yogyakarta, Selasa (25/6).
Widarta mengatakan, sejumlah sektor yang terdampak penguatan Dollar AS antara lain farmasi, otomotif, dan elektronik, tekstil, bahkan sampai sektor pangan. Seperti yang banyak dirilis akhir-akhir dimana Indonesia akan impor beras 5,15 juta ton, di tengah nilai dollar yang tinggi. Apabila nanti tidak disubsidi oleh negara maka harga yang sampai pada masyarakat akan relatif tinggi.
Baca Juga: Perpusnas Dukung 714 Perpustakaan /TBM Di Jawa Barat
Sementara jika di subsidi tentunya akan mengakibatkan pembengkakan APBN. Selain kenaikan dollar tersebut dikhawatirkan akan berdampak pada kenaikan BBM dalam negeri (bila tidak di subsidi). Apabila hal itu terjadi akan berdampak segala sektor dalam negeri. Artinya daya beli masyarakat jadi tergerus, pertumbuhan ekonomi melambat, serta kemiskinan bertambah.
"Pelemahan ini juga berdampak ke APBN, yaitu belanja pemerintah membengkak. Misalnya, belanja energi dan pertahanan yang kental dengan impor. Selain itu pemerintah membayar cicilan utang dan bunga dalam mata uang dollar secara otomatis jadi lebih mahal,"ungkapnya.
Lebih lanjut Widarta menambahkan, selain beberapa hal di atas pelemahan rupiah juga berpotensi mendorong keluarnya investor asing dari pasar saham domestik. Untuk menghindari risiko valuta asing, yang bisa mengakibatkan penurunan harga saham di IHSG butuh perhatian serius dari pemeriksaan dan pihak-pihak terkait.
"Seiring dengan itu, pelemahan rupiah juga berpotensi mendorong imported inflation yang pada akhirnya mempengaruhi tingkat inflasi nasional," ujarnya. (Ria)