Krjogja.com — Jakarta — Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia akan menjadi negara maju tahun 2045. Serta akan perekonomian Indonesia menjadi terbesar ke 5 di dunia.
Untuk mencapai itu pertumbuhan ekonomi sebesar 5 persen tidak cukup. Indonesia harus mencapai pertumbuhan ekonomi rata rata 6,7 persen per tahun dengan investasi tumbuh rata rata 6,8 persen per tahun selama 20 tahun. “Pertumbuhan ekonomi juga harus inklusif dan berkelanjutan,” kata Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, dalam acara UOB Economic Outlook 2025 , di Jakarta, Rabu (25/9).
Dipaparkan, modal dasar pembangunan dalam mewujudkan Indonesia maju tahun 2045, antara kain, Indonesia memiliki jumlah populasi terbesar ke empat di dunia. Selain itu bonus demografi yang bertahan hingga 2041 di mana Indonesia akan memiliki jumlah penduduk produktif yang besar selama 18 tahun ke depan.
Baca Juga: Bimtek Pupuk Organik Hayati di Bantul: Inovasi Baru Tingkatkan Produktivitas Pertanian
Selain itu kelas menengah yang proporsinya semakin meningkat, juga memberikan potensi yang menjanjikan dari siai karakteristik pekerjaan dan konsumsi. Kemudian kekayaan alam yang melimpah, seperti kekayaan hutan nikel, batubara yang potensi energi terbarukan hingga potensi perikanan tangkap yang besar.
“Sebagai negara dengan perekonomian terbesar di ASEAN, Indonesia siap memanfaatkan keunggulan demografis dan stabilitas politik untuk mempercepat pertumbuhan yang berkualitas tinggi dan berkelanjutan,” tegasnya.
Sementara itu, mantan Gubernur BI yang juga penasehat presiden terpilih Prabowo Subianto, Burhanuddin Abdullah mengatakan, dengan pertumbuhan ekonomi dari 5 persen menjadi 8 persen cukup jauh. Yang idealnya 6-7 persen.
Sebenarnya pertumbuhan ekonomi 6,8 persen sudah bagus. Karena dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 1 persen itu butuh dana yang cuku besar juga. “Icor atau incremental capital output ratio) atau angka rasio dari investasi terhadap GFP kita cukup tinggi sekitar atau 6,8 persen. Jadi setiap pertumbuhan 1 persen GDP kita memerlukan 6,8 persen DGP. Ibaratnya sekitar kita tumbuh Rp 100, kita butuh Rp 680. Jadi kalau kita harus tumbuh 8 persen, kita butuh 52 persen, sementara saving domestik kita hanya 38 persen. Ada bolong 14 persen. Tetapi kalau bisa turunkan Icor 1 persen saja, dadi 6,8 persen menjadi 5,8 persen, maka kebutuhan jauh lebih berkurang,” tegasnya.
Sementara itu ASEAN Economist, Enrico Tanuwidjaja mengatakan UOB Indonesia memproyeksikan PDB Indonesia akan tumbuh sebesar 5,2 persen pada tahun 2024 dan 5,3 persen pada tahun 2025, didorong oleh kebijakan fiskal strategis yang tepat sasaran dan pendalaman finansial di tengah meningkatnya tantangan global.
Dikatakan, pertumbuhan Indonesia yang konsisten sebesar 5 persen selama beberapa tahun terakhir menunjukkan potensi negara untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. (Lmg)