Menganalisis Harga Aset: Alat Praktis untuk Pemula oleh Broker Octa

Photo Author
- Rabu, 4 Desember 2024 | 14:40 WIB
Trader menganalisis pasar dan memantau grafik (Ist)
Trader menganalisis pasar dan memantau grafik (Ist)

Berbagai indikator seperti Moving Averages (MA), Relative Strength Index (RSI), Bollinger Bands, dan Average True Range (ATR) juga diterapkan untuk mengonfirmasi tren atau level, serta lebih baik memprediksi arah dan target harga potensial.

Untuk menghindari kebingungan, para pemula dapat mengandalkan level support dan resistance hanya untuk mengidentifikasi target harga potensial, dan dengan demikian, menentukan titik masuk dan keluar.

Banyak yang menggunakan berbagai strategi trading, yang didasarkan pada ekspektasi bahwa harga akan memantul dari level support dan resistance yang telah ditetapkan:

● Level support berfungsi sebagai titik potensial di mana tren turun mungkin berhenti karena konsentrasi minat beli. Biasanya, trader membuka order beli saat harga berbalik dari level support.

● Level resistance berfungsi sebagai titik potensial di mana tren naik mungkin berhenti karena adanya peningkatan tekanan jual. Trader umumnya menjual aset di sekitar level-level ini.

Misalkan seorang trader mengidentifikasi level support dan resistance saat ini saat menganalisis harga emas masing-masing sebesar 2.546 USD dan 2.588 USD.

Karena harga menembus di bawah level 2.588 USD sebagai bagian dari gelombang bearish, trader menunggu harga mendekati support 2.546 USD untuk mengambil keputusan. Jika harga berbalik, itu bisa menjadi sinyal untuk membuka order beli, dengan take-profit ditempatkan di sekitar zona resistance.

Dalam kasus pada grafik, harga emas memantul dari support, menghasilkan dua candle hijau saat menulis artikel ini.

Misalkan harga menembus resistance dan mempertahankan posisinya di atas, maka trader dapat memprediksi harga akan mencapai resistance berikutnya di 2.604 USD. (Ist)


H3: Analisis fundamental untuk pemula

Analisis fundamental mengevaluasi faktor ekonomi yang lebih luas, seperti suku bunga, inflasi, kebijakan fiskal, dan peristiwa geopolitik.

Faktor-faktor ini memengaruhi nilai aset: misalnya, penguatan nilai tukar dolar AS sering kali memberikan tekanan ke bawah pada komoditas yang dihargakan dalam dolar, seperti emas.

Baru-baru ini, harga emas mengalami penurunan mingguan terbesar dalam lebih dari lima bulan karena dolar meroket di tengah perubahan ekonomi, membuat investor menilai kembali daya tarik logam tersebut sebagai aset safe-haven.

Saat masa jabatan kedua Trump berlangsung, kebijakan fiskal pemerintahannya, termasuk potensi tarif dan penyesuaian imigrasi, diharapkan membentuk baik inflasi maupun sentimen investor secara signifikan.

Prospek meningkat dari tarif atas impor dapat mendorong tekanan inflasi, berpotensi mendorong Federal Reserve untuk menilai kembali kebijakan suku bunganya.

Jika inflasi meningkat, Fed mungkin menunda pemotongan suku bunga yang direncanakan, yang dapat meningkatkan suku bunga, imbal hasil obligasi, dan suku bunga deposito. Dalam skenario ini, harga emas cenderung turun karena biaya peluang memegang emas dalam portofolio meningkat.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Ary B Prass

Tags

Rekomendasi

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB

Mau Spin Off, CIMB Niaga Siapkan Tiga Tahapan Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 07:38 WIB

F30 Strategi Bisnis Baru CIMB Niaga

Kamis, 11 Desember 2025 | 18:52 WIB

Hingga 2025, Ada 146 Bank Telah DIlikuidasi LPS

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB

Penyaluran BLT Kesra Sudah Mencapai 75 Persen

Jumat, 5 Desember 2025 | 19:05 WIB
X