Aktivitas Manufaktur Indonesia Menguat, Inflasi Terkendali di Awal 2025

Photo Author
- Rabu, 5 Februari 2025 | 20:40 WIB
ilustrasi inflasi (Pixabay)
ilustrasi inflasi (Pixabay)


Krjogja.com - Jakarta – Mengawali tahun 2025, PMI Manufaktur Indonesia kembali mencatatkan kinerja yang solid dengan ekspansi pada level 51,9 sedangkan pada Desember 2024 sebesar 51,2, tertinggi sejak Juni 2024.

Peningkatan ini didorong oleh kenaikan produksi serta permintaan baru baik dari pasar domestik maupun ekspor. “Kenaikan PMI manufaktur ini menjadi sinyal positif mengawali tahun 2025 ini. Momentum ini akan terus dijaga, Pemerintah berkomitmen menjaga kinerja sektor riil serta mendukung kebijakan yang pro terhadap pertumbuhan industri,” ujar Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan, Febrio Kacaribu, di Jakarta, Selasa (5/2).

Perkembangan sektor manufaktur di bulan Januari 2025 mencerminkan ekspansi aktivitas konsumsi dan dunia usaha yang konsisten sejak akhir tahun lalu. Pada Desember 2025, indeks penjualan riil (IPR) meningkat 1,0 persen secara tahunan, sedangkan bulan November: sebesar 0,9 persen dan indikator konsumsi yaitu indeks keyakinan konsumen (IKK) yang dirilis Bank Indonesia ekspansif di level 127,7, pada November sebesar 125,9. Dari aktivitas dunia usaha, penjualan listrik industri ekspansif 4,3 persen (yoy), meningkat signifikan dari pertumbuhan 1,5 persen pada bulan sebelumnya.

Baca Juga: Memproduksi Kerajinan Tangan Anyaman, Manggar Natural Wakili UMK Jateng DIY di Kementerian BUMN Award 2025

Dengan perkembangan tersebut, optimisme pelaku industri manufaktur terhadap prospek 2025 semakin kuat. Kenaikan permintaan mendorong perusahaan untuk menambah tenaga kerja serta meningkatkan stok bahan baku dan barang jadi guna mengantisipasi lonjakan penjualan. Sementara itu, di tingkat global, beberapa mitra dagang utama Indonesia seperti India (58,0); AS (50,1); dan Tiongkok (50,1) juga menunjukkan ekspansi manufaktur. Namun, sebagian besar negara ASEAN masih mengalami kontraksi, seperti Thailand (49,6); Vietnam (48,9); dan Malaysia (48,7).

Sementara itu, inflasi pada Januari 2025 tercatat turun menjadi 0,76 persen (yoy) sedangkan Desember 2024 sebesar 1,57 persen. Secara bulan ke bulan, terjadi deflasi sebesar 0,76 persen (mtm) terutama didorong oleh program diskon tarif listrik di tengah kenaikan harga beberapa komoditas pangan akibat musim hujan.

“Kebijakan program diskon tarif listrik sebesar 50 persen kepada sebagian besar pengguna merupakan bagian dari program Pemerintah untuk menjaga daya beli masyarakat dan mendorong aktivitas ekonomi. Kebijakan ini berdampak positif bagi perekonomian sehingga daya beli masyarakat tetap terjaga,” lanjut Febrio.

Baca Juga: Kinerja Kehumasan Bawaskab Temanggung Harus Ada Peningkatan

Berdasarkan komponen, tren penguatan inflasi inti terus berlanjut mencapai 2,36 persen (yoy), mencerminkan permintaan yang masih tumbuh. Beberapa kelompok yang meningkat, antara lain, pakaian dan alas kaki, pendidikan, peralatan rumah tangga, perawatan pribadi, dan jasa lainnya. Musim hujan yang masih berlangsung juga mendorong naiknya beberapa harga pangan sehingga menyebabkan peningkatan inflasi harga bergejolak mencapai 3,07 persen (yoy).

Beberapa komoditas pangan yang mengalami kenaikan harga antara lain produk unggas, cabai rawit, dan ikan segar. Di sisi lain, komponen harga diatur Pemerintah tercatat mengalami deflasi 6,41 persen didorong oleh program diskon tarif listrik. Normalisasi tarif transportasi pasca libur Nataru, seperti tarif kereta api dan angkutan udara, juga berdampak pada menurunnya inflasi kelompok jasa angkutan penumpang.

Pemerintah terus berupaya menjaga inflasi tetap terkendali guna mendukung terjaganya daya beli masyarakat, terutama menjamin akses pangan. Pemerintah berkomitmen untuk menjaga inflasi pada interval sasaran dengan dukungan koordinasi pusat dan daerah melalui TPIP dan TPID.

Baca Juga: Komplotan Alap-alap Mobil Pick Up Diringkus Usai Mencuri di Cilacap Selatan

“Pemerintah secara konsisten melakukan kebijakan untuk menjaga terkendalinya inflasi pangan, termasuk meningkatkan produksi dan memperkuat cadangan pangan guna mencapai ketahanan pangan. Dalam mempersiapkan Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri, Pemerintah akan terus memitigasi risiko gejolak yang mungkin terjadi,” tutup Febrio. (Lmg)

 

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Realisasi APBN Hingga November 2025 Tetap Terjaga

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:15 WIB

BMM Salurkan Bantuan untuk Penyintas Bencana di Sumatera

Selasa, 16 Desember 2025 | 10:20 WIB

Layanan Dan Jaringan CIMB Niaga Pada Nataru Ready

Sabtu, 13 Desember 2025 | 18:55 WIB

Mau Spin Off, CIMB Niaga Siapkan Tiga Tahapan Ini

Jumat, 12 Desember 2025 | 07:38 WIB

F30 Strategi Bisnis Baru CIMB Niaga

Kamis, 11 Desember 2025 | 18:52 WIB

Hingga 2025, Ada 146 Bank Telah DIlikuidasi LPS

Sabtu, 6 Desember 2025 | 18:00 WIB

Penyaluran BLT Kesra Sudah Mencapai 75 Persen

Jumat, 5 Desember 2025 | 19:05 WIB
X