JAKARTA —Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara mengatakan, indeks literasi keuangan syariah di Indonesia saat ini mencapai 43,4 persen, sedangkan inklusi keuangan syariah mencapai 13,4 persen. Angka ini telah meningkat dari tahun 2024 lalu dimana litetasi mencapai 39 persen dan inklusi mencapai 12,8 persen.
“Indeks literasi keuangan syariah di Indonesia saat ini mencapai 43,4 persen, sedangkan inklusi keuangan syariah mencapai 13,4 persen, meningkat dari tahun 2024 lalu dimana literasi mencapai 39 persen dan inklusi mencapai 12,8 persen. Itu artinya terjadi peningkatan kepercayaan masyarakat terhadap keuangan syariah,” kata Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mirza Adityaswara pada acara Ijtima’ Sanawi XXI 2025,di Jakarta, Jumat (26/9).
Dijelaskan, total aset perbankan syariah hingga Juni 2025 mencapai Rp 2.973 triliun yang terdiri dari aset perbankan syariah mencapai Rp 967 triliun, pasar modal mencapai Rp 1.828 triliun dan industri non bank mencapai Rp 177 triliun.
Baca Juga: Perkuat Tren Belanja Online, Mahasiswa UGM Dilatih Jadi LIVE Host Profesional
”Capaian ini meningkat dari tahun 2024, ini menunjukkan bahwa sektor keuangan syariah memiliki peran yang penting,” tegasnya.
Jika dilihat per sektor, menurut Mirza, industri keuangan syariah cukup resilien dengan rincian kinerja per Juni 2025, di perbankan syariah, total aset perbankan syariah yang terdiri dari bank syariah, unit usaha syariah dan BPR Syariah mencapai Rp 967 triliun atau tumbuh 7,8 persen secara yoy.
Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 738 triliun atau tumbuh 6,98 persen yoy.“Ini mencerminkan semakin kuat kepercayaan masyarakat akan layanan perbankan syariah,” ujarnya.
Untuk pembiayaan syariah mencapai Rp 666 triliun atau tumbuh 8,4 persen yoy.
Sementara di pasar modal syariah yang terdiri dari sukuk negara, sukuk korporasi dan reksadana syariah tumbuh 8,4 persen yoy.
Adapun saat ini market kapitalisasi pasar saham syariah mencapai Rp 7.578 triliun dengan market share 62,3 persen.
Sementara outstanding nilai sukuk negara dan sukuk korporasi juga tercatat sebesar Rp 1.772 triliun, mempertegas peran penting instrumen syariah dalam pembiayaan jangka panjang.
Adapun, industri reksadana syariah tumbuh stabil dengan nilai sebesar Rp 56 triliun.
Sedangkan industri pasar modal syariah Indonesia tidak hanya ditopang oleh saham syariah, sukuk, dan reksadana syariah, tetapi juga berkembang lewat security crowdfunding. Industri pasar modal syariah juga tumbuh signifikan dan berhasil mendanai UMKM sebesar Rp 894 miliar.