JAKARTA, KRJOGJA.com - Badan Wakaf Indonesia ( BWI) memperkirakan potensi wakaf sukuk tunai atau wakaf linked sukuk di Indonesia mencapai Rp 77 triliun per tahun. Namun realisasinya hingga Maret 2018 wakaf tunai baru mencapai Rp 199 miliar.
Rendahnya pencapaian wakaf tunai ini karena kurangnya  edukasi kepada masyarakat akan manfaat dari wakaf tunai ini. Pasalnya selama ini pola pikir masyarakat akan wakaf hanya untuk berupa tanah, mesjid dan sekolah madrasah. Â
"Rendahnya pencapaian wakaf tunai ini karena kurangnya edukasi kepada masyarakat akan manfaat dari wakaf tunai ini. Pasalnya selama ini pola pikir masyarakat akan wakaf hanya untuk berupa tanah, mesjid dan sekolah madrasah," kata Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia (BWI) Imam Teguh Saptono, di Jakarta, Kamis malam (04/10/2018).
Dijelaskan, sebenarnya wakaf sukuk tunai ini jauh lebih besar manfaatnya dari pada wakaf tanah atau mesjid. Karena wakaf ini produktif sehingga bisa menghasilkan pendapatan yang jauh lebih besar. Pasalnya wakaf linked sukuk nantinya akan dibelikan Surat Berharga Syariah Negara (SBSN).
"Wakaf linked sukuk ini merupakan alternatif berinvestasi sekaligus untuk beramal.merupakan instrumen wakaf pertama yang dikelola menggunakan surat berharga negara,†tegasnya.
Dipaparkan, wakaf linked sukuk akan diluncurkan oleh Kementerian Keuangan dan Badan Wakaf Indonesia (BWI) pada pertemuan tahunan International Monetary Fund - World Bank (IMF-WB) pekan depan di Bali. Wakaf linked sukuk yang akan diluncurkan yakni Sukuk Wakaf SW-001 senilai Rp 100 miliar dengan tenor 5 tahun dan imbal hasil 8,00 persen
Ditegaskan, sama seperti dana wakaf pada umumnya, dana beserta imbal hasil SBSN ini ditujukan untuk digunakan sebagai dana sosial seperti pembangunan kembali kawasan terkena bencana seperti Lombok dan Palu.Â