KRjogja.com - YOGYA - Kompleksitas gejolak global yang kian tak tidak menentu menuntut dunia usaha untuk terus berinovasi dan beradaptasi Hal ini disampaikan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) DIY, Sri Darmadi Sudibyo, dalam Temu Responden Kantor Perwakilan BI DIY 2025 bertema “Business Transformation: Strengthening Competitiveness in an Era of Uncertainty” di Kasultanan Ballroom Royal Ambarukmo Yogyakarta, Kamis (20/11/2025).
Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) DIY Eko Yunianto, Ketua Departemen Pariwisata dan Ekonomi Kreatif MES DIY Budiharto Setyawan dan Motivator Marketing Tung Desem Waringin serta responden dan stakeholder Kantor Perwakilan BI DIY.
Di hadapan para responden dan pemangku kepentingan, Sudibyo mengingatkan ketidakpastian global saat ini sangat dipengaruhi eskalasi konflik geopolitik dan perang dagang antarnegara. Kondisi tersebut berdampak pada fluktuasi harga komoditas, gangguan rantai pasok, serta tekanan pada sektor pariwisata dan perekonomian dunia.
“Situasi ini menuntut kewaspadaan dan kemampuan adaptasi dari semua pihak,” ujarnya.
Ia menuturkan, perubahan arus logistik global telah memberikan tekanan signifikan pada pelaku usaha di Tanah Air, termasuk UMKM yang terlibat dalam rantai pasok ekspor. Tantangan tersebut, menurutnya, perlu dijawab melalui penguatan kapasitas, peningkatan literasi keuangan, serta perluasan akses pasar agar UMKM tetap mampu bertahan dan tumbuh.
Sudibyo juga mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat pertumbuhan ekonomi DIY pada triwulan III 2025 sebesar 5,40 persen (yoy). Pendorong utama pertumbuhan berasal dari sektor industri pengolahan, akomodasi, dan makan-minum. Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah masih menjadi motor penggerak aktivitas ekonomi di DIY.
Namun begitu, Sudibyo mengingatkan perubahan preferensi dan pola konsumsi masyarakat menjadi tantangan baru bagi pelaku usaha. Untuk memenuhi permintaan pasar yang terus berkembang, dunia usaha perlu berinovasi dan memastikan produk yang dihasilkan tetap relevan serta memiliki keunggulan kompetitif. “Eskalasi politik global yang memengaruhi biaya produksi juga harus diantisipasi dengan strategi usaha yang adaptif,” katanya.
Dalam menjalankan mandat menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi, BI DIY memperkuat fungsi advisory melalui pengumpulan data makroekonomi dan survei lapangan. Survei konsumsi, survei pemantauan harga, serta pemantauan aktivitas dunia usaha menjadi dasar analisis yang kemudian menghasilkan rekomendasi bagi pemerintah daerah dan pelaku ekonomi.
Menurut Sudibyo, Temu Responden merupakan bentuk apresiasi BI terhadap para responden yang selama ini berperan penting dalam penyediaan data lapangan. Informasi yang akurat sangat diperlukan dalam penyusunan kebijakan yang tepat sasaran. “Kami menyampaikan apresiasi kepada seluruh responden atas kerja sama dan keterbukaan informasi yang diberikan,” tuturnya.
Ia menambahkan sinergi antara BI, pemerintah daerah, dan pelaku usaha menjadi kunci menjaga stabilitas ekonomi DIY di tengah dinamika global. Kolaborasi tersebut diharapkan mampu memperkuat ketahanan ekonomi daerah sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan.
Baca Juga: Duo Rambitan Yeremia/Sarah Menang Dramatis, Debut Langsung Antar ke Perempat Final Indonesia IC 2025
Pada sesi Business Insight, Motivator Marketing Tung Desem Waringin turut memberikan paparan mengenai pentingnya rencana bisnis yang adaptif dan inovatif. Ia menekankan pelaku usaha harus terus belajar, berinovasi, dan memanfaatkan momentum perubahan sebagai peluang meningkatkan daya saing. (Ira)