Krjogja.com - JAKARTA — Di tengah alunan retro-pop yang hangat dan penuh warna nostalgia, The Lantis kembali menggetarkan ruang dengar dengan dua lagu baru yang belum pernah dirilis. Namun kali ini, mereka tak sekadar tampil.
Dalam nuansa musikal yang intim dan personal, ketiga personel — Giri, Ravi, dan Ojan — justru membuka ruang kolaborasi emosional dengan fans.
Baca Juga: Beasiswa Bhakti Budaya Meriahkan HUT Ke-45 PT TWC
Bertajuk The Lantis hosted by Und Bodevan, showcase yang digelar di Jakarta (6 Juli) dan Bandung (11 Juli) menjadi panggung awal dari “bocoran” ini. Di tanggal 16 Juli, di venue seni Salihara, The Lantis menghadirkan sesi eksklusif dengan hanya 20 penggemar terpilih.
Di ruang kecil yang dipenuhi kehangatan, mereka memperdengarkan dua lagu baru dan menyerahkan keputusan rilisan selanjutnya kepada para fans melalui sistem voting.
“Ini bukan sekadar memperkenalkan lagu baru, tapi memperdengarkan isi hati yang belum sempat direkam,” ungkap Giri. Ravi menambahkan, “Kami ingin karya ini tumbuh bersama pendengar kami, dari nada pertama hingga akhirnya bisa dinikmati semua orang.” Ojan menyebutnya sebagai momen ‘bermusik tanpa panggung’, karena fokusnya bukan hanya performa, tapi juga interaksi.
Baca Juga: Film 'Bertaut Rindu' Soroti Pentingnya Komunikasi antara Orang Tua dan Anak
Meski belum resmi dirilis, dua lagu yang diputar tersebut masih membawa nuansa khas The Lantis — retro-pop dengan sentuhan lirik puitis. Satu lagu bercerita tentang perasaan yang tak sempat diungkapkan, sementara yang lain menyentuh tema kehilangan dalam versi yang manis namun mengiris.
Sebagai band yang lahir di tahun 2020, The Lantis bukan nama baru bagi pecinta musik Indonesia. Hits mereka “Lampu Merah” sempat meledak di media sosial dan mengukir 98 juta streams. Di akhir 2024, “Bunga Maaf” sukses mengantarkan band ini meraih total 170,4 juta streams, mempertegas tempat mereka dalam lanskap musik Tanah Air.
Baru bulan lalu, mereka juga menandai debut internasional lewat Festival Jiwa Kacau di Kuala Lumpur. Di sana, The Lantis berbagi panggung dengan legenda musik seperti Wali dan Kerispatih, serta band ikonik Malaysia seperti Hujan dan Bunkface.
Dengan dua album studio — Pilot (2021) dan Pancarona (2024) — The Lantis telah menciptakan peta suara yang akrab namun terus berkembang. Kini, dengan mengajak penggemar secara langsung dalam proses kurasi lagu, mereka mengukuhkan filosofi bermusik sebagai proses yang hidup.
“Kami ingin karya kami jadi bagian dari perjalanan banyak orang. Karena itu, kami mengajak mereka dari awal, bukan setelah lagunya jadi,” ungkap ketiganya dalam siaran pers.
Lagu mana yang akan dirilis lebih dulu? Jawabannya akan segera diumumkan lewat kanal resmi The Lantis dan Instagram @thelantis.official.
Satu hal pasti: dengan musik yang jujur dan hati yang terbuka, The Lantis terus melaju — bukan hanya sebagai band, tapi sebagai suara generasi yang rindu akan kehangatan musik yang tumbuh bersama waktu. (*)