musik

Janji Grego Julius di Usia Senjanya, Persembahkan Doa Lewat Nada

Minggu, 19 Oktober 2025 | 09:10 WIB
Grego Julius Orchestra, yang digelar di Auditorium Driyarkara Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dari dua puluh dua lagu yang dibawakan, dua di antaranya punya kisah paling personal bagi Grego.

Ia menjelaskan lagu yang pertama, lagu Aku Mohon Ampun.

Lagu ini lahir dari masa yang berat dalam hidupnya, ketika Grego jatuh sakit selama tiga bulan tanpa sebab yang jelas. Ia mengaku sudah menempuh berbagai cara, berobat ke dokter, menjalani pengobatan tradisional, bahkan mendatangi dukun.

Namun tak satu pun yang membawa kesembuhan.

“Saya bingung sakitnya apa. Tiga bulan tidak sembuh-sembuh. Saya berdoa juga tidak sembuh, ke dokter tidak sembuh, sampai ke dukun pun tidak sembuh,” kenangnya.

Ketika rasa putus asa mulai datang, ia tersadar bahwa sakit yang dideritanya bukan semata fisik, melainkan depresi karena gangguan hormon. Dari kesadaran itu, ia belajar tentang makna pasrah dan penyesalan.

“Ternyata itu pelajaran dari Tuhan. Saya menulis lagu ‘Aku Mohon Ampun’ sebagai bentuk pertobatan dan permohonan ampun kepada-Nya,” ujarnya.

Lagu itu menjadi penanda titik balik dalam perjalanan spiritual Grego sebuah karya yang selalu ia bawa ke mana pun ia konserkan, karena di sanalah tersimpan doa dan kesembuhan yang ia rasakan sendiri.

Lagu kedua lahir dari peristiwa yang tak kalah menggetarkan, saat anak bungsunya berpamitan menikah.

“Saya punya lima anak, yang terakhir baru menikah. Saat sungkem, saya menulis lagu itu sambil menangis. Karena setelah itu, saya tinggal berdua saja dengan istri,” tutur pria kelahiran 25 September 1954 ini.

Bagi Grego, kedua lagu tersebut bukan sekadar karya musik. Keduanya adalah cermin perjalanan hidup dari luka menuju doa, dari air mata menuju rasa syukur.

Melalui nada dan lirik, ia menuturkan kisah tentang kehilangan, penyesalan, dan kasih Tuhan yang mengubah luka menjadi harmoni.

Lebih dari sekadar ekspresi iman pribadi, Grego berharap lagu-lagunya bisa menjadi jembatan doa bagi siapa pun yang mendengarkan.

“Saya ingin lagu-lagu ini bisa mengantarkan orang untuk berdoa. Kalau di dalam lirik saya menyebut Tuhan Yesus, bisa juga diganti menjadi Allah. Karena yang penting bukan sebutannya, tapi makna doanya,” paparnya.

Bagi Grego, musik adalah bahasa universal yang bisa menyatukan hati manusia, tanpa sekat keyakinan. Ia percaya, setiap nada bisa menjadi jalan untuk bersyukur dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta.

Halaman:

Tags

Terkini

Mantan Vokalis Edane, Ecky Lamoh Meninggal Dunia

Minggu, 30 November 2025 | 10:30 WIB