Kegiatan kajian vitalitas sastra lisan Mai’o dilaksanakan selama 5 hari yaitu pada tanggal 23—27 Agustus 2021. Adapun sastra lisan yang menjadi objek kajian vitalitas adalah Mai’o. Penunjukan Mai’o sebagai objek kajian dilihat berdasarkan data yang sudah dikumpulkan sebelumnya pada pemetaan sastra dan berdasarkan persebaran bahasanya yaitu bahasa Sahu tersebar di Desa Gamtala, Desa Loce, dan Desa Awer.
Mai’o (bahasa Sahu) merupakan jenis berbalas pantun yang disampaikan pada pesta adat, pernikahan, pesta panen, penyambutan pejabat. Mai’o selain menggunakan bahasa Ternate juga menggunakan bahasa Sahu. Tidak hanya disampaikan di rumah adat saja tetapi bisa disampaikan di mana saja. Pelisanan Mai’o bisa dibawakan tanpa alat musik maupun dengan menggunakan alat musik seperti tifa, gong, dan harmonika. Pantun berbalas ini dilakukan oleh 2 orang atau lebih dengan disertai alat musik, pantun yang disampaikan akan berirama seperti nyanyian.
Kegiatan kajian vitalitas Mai’o melibatkan beberapa orang seperti tokoh adat, masyarakat adat, pemerhati budaya, dan generasi muda. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara, observasi langsung, dan pengisian kuesioner. Dalam pengisian kuesioner selain melibatkan orang tua, juga melibatkan 17 orang generasi muda. Dari data yang diperoleh, status sastra lisan Mai’o adalah mengalami kemunduran. Artinya, dibutuhkan tindakan revitalisasi.
Kajian Vitalitas Sastra Lisan Salumbe di Desa Gura dan Desa Kakara, Kabupaten Halmahera Utara, pada 30 Agustus—3 September 2021. Kajian Vitalitas Sastra merupakan tahapan lanjutan dalam pelindungan sastra setelah dilakukan pemetaan sastra. Kajian ini dimaksudkan untuk mengukur sejauh mana daya hidup sastra lisan suatu daerah. Secara umum yaitu untuk mengetahui status kebertahanan hidup sastra lisan yang ada di kabupaten tersebut. Status sastra lisan itu berimplikasi pada tindakan yang perlu dilakukan, apakah perlu dilakukan konservasi, revitalisasi, atau konservasi sekaligus revitalisasi.
Kegiatan kajian vitalitas sastra lisan Salumbe dilaksanakan selama 5 hari yaitu pada tanggal 30 Agustus—3 September 2021. Adapun sastra lisan yang menjadi objek kajian vitalitas adalah Salumbe. Penunjukan Salumbe sebagai objek kajian dilihat berdasarkan data yang sudah dikumpulkan sebelumnya pada pemetaan sastra dan berdasarkan persebaran bahasanya yaitu tersebar di Desa Gura dan Desa Kakara.
Salumbe merupakan nyanyian rakyat yang berupa syair nasihat atau penguatan dalam pesan-pesan kepada anak yang akan berangkat ke tempat yang jauh. Nasihat yang dimaksud sesuai dengan pengalaman para penutur. Syair yang dibuat juga disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Salumbe dibawakan secara berkelompok dan dengan menggunakan alat musik tifa.(*)