Ia mengatakan hasil riset yang menjadi produk terapan tentu sangat diharapkan. Misalnya, riset di dunia farmasi jika mampu menelurkan produk tentu dapat menekan harga obat.
“Lewat ‘clinical trial’ bisa menghasilkan obat substitusi terhadap obat kimia impor yang lebih mahal, karena bahan baku lebih mahal. Ketergantungan masih tinggi. Bagaimana mendapatkan riset menjadi obat fitofarmaka sebagai pengganti,†katanya.
Dalam kesempatan itu, Penny menyampaikan kebanggaan adanya produk riset yang sudah berhasil mendapatkan izin edar, yaitu stemcell atau sel punca produksi Pusat Pengembangan Penelitian Stem Cell Universitas Airlangga Surabaya bersama PT Phapros.
Selain itu, kata dia, terdapat Albumin yang berasal dari ikan gabus yang dikembangkan oleh Universitas Hasanudin Makassar bersama PT Royal Medika. “Terdapat juga produk biologi yang sedang dikembangkan yaitu enoxaparin bersumber domba, trastuzumab dan sejumlah vaksin antara lain MR, Hepatitis B, Tifoid, Rotavirus, Polio. Sedangkan untuk produk fitofarmaka antara lain ekstrak seledri, binahong, daun kelor, daun gambir dan bajakah,†katanya.(ati)