SUMATERA BARAT, KRJOGJA.com - Mengantisipasi meningkatnya radikalisme dan intoleransi, Kementerian Agama (Kemenag) mengembangkan moderasi beragama yang melingkupi semua agama. Sedangkan, yang dimoderasi bukan agamanya, sebab Islam sangat luwes dan bisa luwes untuk segala zaman.Â
"Hal yang dimoderasi adalah cara beragamanya," tandas Menteri Agama Fachrul Razi dalam paparan 'Penguatan Nasionalisme dan Pengelolaan Negara di Era Global serta Industri 4.0 dan Masyarakat 5.0' pada Sidang ICMI di Auditorium Universitas Negeri Padang (UNP), Sabtu (7/12/2019). Â
Selain Menag, narasumber lain adalah sejarawan Prof Dr Taufik Abdullah. Sedangkan, dalam sesi 'Pengembangan SDM Unggul', menampilkan narasumber Dr Ilham Habibie dan Prof Dr Musliar Kasim.
Menceritakan hasil kunjungan ke Saudi Arabia beberapa waktu lalu, Menag menyebutkan, dalam menuju masa depan negeri tersebut menyebut adanya visi 3 pilar, yakni ambisi bangsa, ekonomi yang tumbuh dan masyarakat yang bersemangat dengan dua unsur. Pertama memenuhi kebutuhan kesehatan dan penguatan identitas keislaman dan nasionalisme.
"Identitas keislaman dan nasionalisme di Saudi dijadikan satu paket. Kalau di Indonesia agama dan wawasan kebangsaan," tandasnya.Â
Artinya, kata Fachrul Razi, identitas keislaman dan nasionalisme harus dilakukan bersama, tidak yang satu di atas yang lain. Masih mengutip sukses Saudi, Menag menyatakan, setelah melakukan moderasi, kemajuan negeri tersebut lebih cepat. Pihaknya, bukan mengajak untuk meniru, namun mengingatkan, yang menjadi kunci dalam hal ini adalah keislaman dan kebangsaan.
"Untuk itu, ICMI harus menjadi katalisator dan garda terdepan dakwah kebangsaan. Karena model kaku, keras tidak akan laku," tambahnya.
Gebrakan Teknologi