TIDAK semua pantai di Palu diterjang tsunami usai gempa dahsyat 28 September lalu, bahkan ada kesan pilih-pilih. Meski dalam satu garis pantai, ada wilayah yang rusak parah akibat tsunami tetapi wilayah sebelahnya tidak terjamah sama sekali. Misalnya bangunan dan gudang-gudang di Mamboro porak-poranda, tetapi perumahan Citraland di sebelahnya yang bagian belakangnya pinggir laut, aman-aman saja.
Salah satu pemilik rumah di perumahan elite ini adalah Wakil Walikota Palu Sigit Purnomo Said atau Pasha Ungu. Salah satu perkampungan pinggir pantai lainnya yang tidak terkena tsunami adalah Dusun Talise Kalurahan Panau Kecamatan Tawaeli Palu Utara.
Hanya saja rumah-rumah di dusun ini mayoritas rusak. Masjidnya mengalami retak-retak. Pembangkit Listri Tenaga Uap (PLTU) yang berada di dusun ini juga rusak parah, sehingga tidak beroperasi.
Menurut Arif dan Sugiman, pegawai PLTU, selanjutnya pasokan listrik ke Palu diambilkan dari pembangkit yang berada di daerah lainnya. "Karena PLTU tidak beroperasi, saya sekarang menganggur," kata Arif.
Meski begitu, bayangan ancama tsunami juga menghantui warga. Karena itu, begitu terjadi gempa terjadi gempa warga langsung berhamburan lari untuk menyelamatkan diri. Kebanyakan lari ke daerah perbukitan.
"Saya dan keluarga lari sampai lima kilometer," kata H Sulaeman Dahlan SSos, tokoh masyarakat setempat, kepada KR saat menyerahkan bantuan berupa 750 kg beras ditambah 50 kg gula pasir dan minyak goreng.
Sampai lima hari dan lima malam, warga juga masih mengungsi di daerah lain dan belum berani tinggal di kampung halamannya. Karena itu rumah-rumah di dusun yang mempunyai warga 51 KK tersebut suwung karena ditinggal mengungsi.
Akibatnya, banyak rumah yang kecurian dan warga yang kehilangan berbagai barang berharga. "Setelah dirasa aman dan merasa tenang, kami baru kembali ke Dusun Talise," katanya.