"Makanya ada ngelmu kasepuhan yang bernama kawicaksanan, Cèng. Kebijaksanaan. Hikmah. Kita kan Pancasilais, Cèng..."
"Pancasila apa Kebatinan?" Pèncèng tertawa dengan nada sinis, "Kebatinan itu kendaraan spiritualisme, sedangkan Pancasila itu angkutan untuk mencapai materialisme."
"Jangan belok-belok, Cèng."
"Ya kalau begitu kamu juga jangan melebar-lebar."
"Siapa yang berhak mengambil kesimpulan atau keputusan bahwa tema Sultan Panatagama tujuh seri itu merupakan kebenaran yang wajib diungkapkan, sebaiknya diungkapan, boleh diungkapkan boleh tidak, seyogianya tidak diungkapkan, atau jangan pernah sekali-sekali mengungkapkannya?"
"Ya kawicaksanaan itu."
"Bagaimana kalau di masyarakat ada lima jenis kebijaksanaan. Ada yang mengharuskan, ada yang menganjurkan, ada yang mangga-mangga
saja, ada yang menggak, ada yang mutlak melarang? Dan semua itu adalah kawicaksanan menurut masing-masing?"
"Kenapa kamu yang rèwèl, Cèng?" akhirnya Beruk bersuara, "Saya sendiri yang sudah capek-capek menyusun tujuh seri Sultan Panatagama saja tidak keberatan, kok kamu yang uwel."