DALAM penerbangan menuju Kolombo, Sri Lanka para kelompok teroris pimpinan Imran bin Muhammad Zein meminta untuk mendarat di Thailand. Sesampainya di negeri Gajah Putih ini mereka kemudian membacakan tuntutan mereka.
Para penyandera meminta pemerintah Indonesia untuk membebaskan 80 anggota Komando Jihad serta meminta uang tebusan sebesar 1,5 juta dolar Amerika. Dalam tuntutannya, kelompok teroris ini juga meminta warga Israel untuk keluar dari Indonesia dan mecopot Adam Malik sebagai Wakil Presiden.
36 Tahun Mengenang Keberhasilan Pasukan Elit Indonesia Bebasan Sandera Woyla
Ancaman itu dijawab oleh Presiden Soeharto dengan aksi militer. Pemerintah Indonesia segera meminta izin kepada Bangkok untuk menggelar operasi militer dan permintaan tersebut dikabulkan.
Dibawah pimpinan Letkol (Inf) Sintong Panjaitan prajurit Kopassandha bersiap melakukan pembebasan sandera di Thailand. Sebuah latihan singkat dilakukan prajurit, dengan meminjang pesawat DC-9 milik Garuda para Komando mempelajari seluk pesawat mulai dari bagian kabin hingga bagian lain celah lain yang bisa dipergunakan untuk masuk.
Senin 30 Maret 1981 dinihari pukul 00.30, pesawat DC-10 yang disamarkan seperti pesawat komersial milik Garuda mendarat di Bandara Don Muang. Demi keamanan dan kelancaran operasi pesawat pabrikan Amerika itu diparkir di lokasi yang agak jauh dari Woyla.
Setelah melakukan persiapan matang, penyergapan baru dilakukan Selasa 31 Maret 1981, dinihari pukul 02.30 waktu setempat. Pasukan dibagi menjadi tiga tim, yakni Tim Merah, Tim Biru dan Tim Hijau.
Tim Merah dan Biru bertugas untuk memanjat di kedua sayap pesawat, sedangkan Tim Hijau akan masuk melalui pintu belakang. Tim Thailand bergerak namun tak sampai mendekat ke pesawat.