Menelusuri Jejak Cucu Sultan HB I di Trenggalek

Photo Author
- Rabu, 12 Oktober 2016 | 07:20 WIB

TRENGGALEK (KRjogja.com) - BICARA hubungan Yogyakarta-Trenggalek tidak akan pernah ada habisnya. Jika banyak keturunan Kraton Yogyakarta yang pada masa selanjutnya menduduki jabatan Bupati Trenggalek, perlu kiranya mengetahui salah satu generasi awal di Trenggalek yang memiliki kekerabatan langsung dengan Pangeran Mangkubumi atau Sri Sultan HB I.

Tidak lain bisa ditelusuri dari jejak makam RM Sumo Wijoyo dan Ki Demang Nawangkung. Saat KRjogja.com menelusuri, hanya makam RM Sumo Wijoyo yang sempat dikunjungi di Makam Gunungcilik Bendogolor Wonocoyo Panggul Trenggalek. Namun begitu keterangan yang diperoleh sudah cukup memberikan gambaran.

Menurut penuturan keturunan kelima RM Sumo Wijoyo, Sayid Munandar (66), RM Sumowijoyo masih cucu Sri Sultan HB I. Hal tersebut berdasar silsilah yang ia jabarkan namun penuh lika-liku perjuangan. "kalau bicara soal RM Sumo Wijoyo rasanya kepengin nangis. Karena sejak kecil hingga dewasa hidup dalam kesusahan," tutur Sayid Munandar.

Dikisahkan, Pangeran Mangkubumi sempat terdesak saat berperang melawan Belanda hingga mundur ke daerah Panggul Trenggalek. Saat itu menurut Sayid, wilayah Panggul masih ikut Pacitan, belum masuk ke daerah Trenggalek. Di Panggul inilah Pangeran Mangkubumi atau RM Sujono dibantu Ki demang Panji Nawangkung yang mendukung sepenuhnya. Hingga kemudian, P Mangkubumi terpikat dengan putri Demang Panji Nawangkung bernama Mas Ayu Nitisari. keduanya lantas menikah hingga Nitisari diboyong ke Kraton Yogyakarta saat P Mangkubumi menduduki tahta bergelar Sri Sultan HB I.

"Dalam buku silsilah di Kraton Yogya, ada disebutkan BMA Sari dari Panggul Pacitan ya itulah Nitisari," imbuhnya. Saat berada di Kraton Yogyakarta, Sultan HB I lantas terlupa peran abdi kinasihnya Setro Ketipo yang membantunya saat di Panggul. Hingga ia kemudian memberanikan diri mengintip istri-istri Sultan yang sedang mandi. Perbuatan nekat ini akhirnya diketahui dan kemudian Setro Ketipo akan dijatuhi hukuman mati.

"Setro Ketipo mau dihukum mati asal yang menghukum Ngarsa Dalem. Akhirnya Sultan HB I sadar kekhilafannya karena abdi setara Setro Ketipo sudah mendapatkan jabatan semua sementara Setro Ketipo tidak mendapat apa-apa," ucap sayid. Saat itulah Setro Ketipo diminta memilih untuk menjadi bupati didaerah yang disukai. Saat itu Setro Ketipo memilih menjadi Bupati Pacitan dan satu permintaannya lagi, ia mohon diperkenankan memperistri Mas Ayu Nitisari.

"Padahal saat itu Mas Ayu Nitisari sedang hamil. Hal itu sepengetahuan Sri Sultan HB I dan diperkenankan. Namun ia baru sah memperistri setelah anaknya itu lahir yang berarti anak tersebut merupakan putra Sri Sultan HB I," ucap Sayid. Ketika menjabat Bupati Pacitan inilah, Nitisari melahirkan anak yang kemudian diberi nama RM Lancur. Secara genetika, RM Lancur merupakan putra Sri Sultan HB I. Setro Ketipo yang menjabat Bupati Pacitan lantas memakai gelar Setro Wijoyo I. Sepeninggalnya, RM Lancur melanjutkan menjadi Bupati pacitan bergelar Setro Wijoyo II. RM Lancur inilah yang menurunkan RM Sumo Wijoyo hingga ke Sayid Munandar.

"RM Lancur merupakan ragil Nitisari dengan Sri Sultan HB I. Sebelumnya ada dua saudaranya seayah seibu, yakni RM Suwardi dan RAy Purwadipura yang silsilahnya terhenti karena saya tidak sempat menelusuri," ungkapnya. Dilahirkan menuruni darah bangsawan tidak membuat RM Sumo Wijoyo bergelimang harta dan kekuasaan. Bahkan diceritakan ia harus hidup susah karena dikejar Belanda. Bahkan pemerintah saat itu menutup akses anak keturunan Sumo Wijoyo dalam semua aspek kehidupan.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X