Tujuan ini tidak lepas dari peranan pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang berfungsi sebagai pencetak kader pemimpin Islam yang rela berjuang demi kejayaan Islam. Penggunaan nama ini berharap akan mampu mengikuti kerelaan Sunan Pandanaran dalam usahanya memakmurkan Islam dan umat Islam.
Selain itu, pesantren ini bertujuan untuk berusaha melanjutkan perjuangan yang telah dilakukan oleh Sunan Pandanaran.
Latar belakang berdirinya PPSPA adalah karena adanya kesadaran perlunya dakwah islamiah dan terbinanya kader muballigh, penerus perjuangan ‘ulama Ahlussunnah Wal Jama’ah khususnya warga Nahdliyyin (NU) sebagai basis dasar dari Mbah Mufid dan pesantren ini dalam rangka menghadapi tantangan zaman yang kian waktu kian kompleks dan dinamis.
Motivasi berdirinya Pesantren ini adalah, pertama, merupakan niat yang luhur dari K.H. Mufid Mas’ud yang kala itu masih menjabat sebagai pengasuh PP. Putri al-Munawwir Krapyak untuk melaksanakan panggilan hati yang suci demi izzil islam wal muslimin.
Kedua, adanya permohonan langsung dari K.H. Jamhari (Ketua PWNU DIY saat itu) dan K.H. Masduqi Abdullah kepada beliau untuk mendirikan Pesantren di atas tanah wakaf dari Nyai Abdullah Umar dan KH Masduqi Abdullah yang keduanya merupakan ahli waris sekaligus istri dan anak satu satunya dari KH Abdullah Umar.
Ketiga, adanya pengertian serta keikhlasan yang mendalam demi melaksanakan tugas yang berat tapi mulia dari sesepuh serta keluarga besar PP. Al Munawwir Krapyak, khususnya KH Ali Ma’shum.
Dan keempat, sudah adanya restu dari para ulama, terutama guru-guru Mbah Mufid seperti KH Abdul Hamid Pasuruan, Habib Muhammad Ba’abud Lawang Malang, KH Ali Ma’shum Krapyak Yogya dan juga KH Muntaha Wonosobo.
Baca Juga: Jika APBN Cukup, Jokowi Pastikan Salurkan Bantuan Pangan Hingga Juni 2024
Secara garis besar, model awal PPSPA adalah pesantren salaf yang mengonsentrasikan diri pada tahfidh Al-Quran saja. Maka dari itu, santri yang datang ke sana pada umumnya adalah mereka yang benar-benar ingin intens menghafal atau mengaji Al Quran.
Hal ini karena secara umum, Mbah Mufid memiliki latar belakang tahfidh Al-Quran yang cukup panjang, serta banyaknya beliau berkecimpung di dunia pesantren salaf.
Sedangkan kecenderungan pesantren ini sama dengan paham yang selama ini dianut oleh Nahdlatul ‘Ulama (NU) sebagai basis organisasi yang menjadi rujukan Mbah Mufid yakni Islam Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah.
Meskipun demikian, Mbah Mufid merupakan sosok kiai NU yang sangat terbuka dan tidak kolot. Hal ini terbukti dengan dinamisnya pondok pesantren yang beliau asuh menjadi pesantren yang besar dan maju. (Sal)