Penyiraman tanaman dikendalikan secara otomatis, termasuk waktu irigasi, durasi irigasi, dan debit irigasi. Proses penyiraman tanaman dikendalikan dari aplikasi smart farming yang dijalankan dari handphone masing-masing.
Jika biasanya petani mengolah lahan pertanian membutuhkan waktu 4 jam dengan tenaga 2 orang, sebaliknya IoT memudahkan petani. Dengan IoT, petani hanya membutuhkan waktu 15 menit dengan tenaga satu orang saja.
“Pemerintah juga perlu menyiapkan regulasi yang mendukung pelaksanaan smart farming. Adapun tantangan petani dalam penggunaan smart farming adalah keterbatasan akses teknologi, keterbatasan infrastruktur, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, biaya tinggi, serta kurangnya dukungan dari pemerintah. Pemerintah perlu membuat beberapa kebijakan untuk memperluas konsep smart farming di Indonesia,” pungkas Frans. (*)