KH. Ali Manshur Shiddiq dan Harry Roesli Terima Tanda Kehormatan dari Presiden

Photo Author
- Kamis, 15 Agustus 2024 | 11:10 WIB
 KH. Ali Manshur Shiddiq dan Harry Roesli Terima Tanda Kehormatan dari Presiden (istimewa)
KH. Ali Manshur Shiddiq dan Harry Roesli Terima Tanda Kehormatan dari Presiden (istimewa)


Krjogja.com – Jakarta – Presiden Joko Widodo menganugerahkan Tanda Kehormatan Bintang Budaya Parama Dharma kepada alm. KH. Ali Manshur Shiddiq dan alm. Djauhar Zaharsyah Fahrudin Roesli (Harry Roesli) di Istana Negara, pada Rabu (14/8).

Bintang Budaya Parama Dharma adalah tanda kehormatan yang diberikan kepada Warga Negara Indonesia yang telah menyumbangkan nilai-nilai luhur sebagai darma baktinya dalam bidang kebudayaan. Kedua penerima tanda kehormatan tersebut diusulkan kepada Presiden oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam hal ini Direktorat Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan melalui program Anugerah Kebudayaan Indonesia.

“Pemberian tanda kehormatan ini merupakan wujud apresiasi tertinggi pemerintah kepada para budayawan yang memiliki dampak besar bagi ekosistem kebudayaan Indonesia. Sekaligus menjadi bentuk nyata dari pengakuan negara terhadap dedikasi mereka dalam melestarikan dan memajukan warisan budaya bangsa,” ungkap Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid.

Baca Juga: Meriah, Perlombaan HUT RI di Padukuhan Modinan

”Setiap tahun, Kemendikbudristek melalui program Anugerah Kebudayaan Indonesia memberikan penghargaan kepada para budayawan dan pelaku budaya yang berjasa dan berkontribusi dalam memajukan kebudayaan Indonesia,” lanjut Hilmar.

KH. Ali Manshur Shiddiq adalah sosok ulama kharismatik asal Jawa Timur, dikenal atas jasanya dalam menciptakan Sholawat Badar. Kala itu, Sholawat Badar merupakan alat perjuangan untuk mencegah menguatnya paham komunisme di tengah berkembang luasnya lagu “Genjer-Genjer” yang berafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).

Sholawat Badar juga telah ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (WBTBI) dari Provinsi Jawa Timur pada tahun 2022. Selain sering dilantunkan dalam berbagai ritual keagamaan di tengah kehidupan masyarakat muslim, khususnya NU, Sholawat Badar juga memiliki fungsi kultural yaitu sebagai salah satu basis pandangan dunia dalam mempersepsi dan memaknai konsep ketuhanan serta laku kehidupan.

Baca Juga: Terapkan Digitalisasi, Menko Marves Apresiasi Sektor Hulu Migas

Harry Roesli, yang dikenal dengan julukan Si Bengal dari Bandung, merupakan sosok seniman nyentrik yang telah melahirkan banyak karya fenomenal dalam jagat musik Indonesia. Selain kemampuannya meracik lirik yang sarat kritik sosial, ia juga dikenal atas kepeduliannya terhadap keberadaan kaum marginal seperti anak-anak dan pengamen jalanan, yang membuat hatinya tergerak untuk menciptakan wadah komunitas kreatif sebagai ruang berekspresi, berdiskusi dan berkarya di bidang seni musik, agar para seniman jalanan ini mendapat pengakuan dan bahkan hidup layak di tengah masyarakat.

Atas dasar itulah Depot Kreasi Seni Bandung (DKSB) didirikan pada tahun 1981 di kediamannya, yang selalu ramai dengan aktivitas berkesenian oleh berbagai generasi dan lapisan masyarakat. Harry juga menginisiasi pendirian jurusan pendidikan seni musik di IKIP Bandung (UPI Bandung) pada tahun 1982 dan jurusan seni musik di Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan pada tahun 1999.

Ditemui usai menerima tanda kehormatan dari Presiden, Ahmad Syakir Ali yang merupakan ahli waris dari alm. KH. Ali Manshur Shiddiq mengungkapkan rasa bangga sekaligus haru yang menyelimutinya atas penghargaan yang diterima. “Tentu terharu, tidak pernah terpikirkan bahwa beliau (KH.Ali Manshur Shiddiq) akan mendapatkan tanda kehormatan dari Presiden,” ungkap Ahmad.

Baca Juga: KPPN Wates Gelar FKP, Tingkatkan Transparansi Pengelolaan Keuangan Negara

“Beliau adalah sosok yang sangat sederhana. Suka menulis, ulet dan gigih yang memberikan banyak inspirasi bagi banyak orang,” lanjutnya.

Sedangkan, Kania Handiman Roesli yang merupakan istri dari mendiang alm. Harry Roesli mengungkapkan hal serupa. “Bangga dan terharu, saya rasa ini adalah salah satu pencapaian terbesar dari segala perjuangan seorang Harry Roesli selama 35 tahun berkarya. Pengakuan negara atas karya-karyanya, tidak pernah saya duga akan kami terima,” ujarnya.

“Semenjak 20 tahun lalu dia tiada, saya dan anak-anak berjuang agar karyanya tetap dihargai dan tidak hilang dimakan waktu,” tambah Kania.

Para ahli waris bertekad untuk meneruskan ‘warisan’ dan amanat dari perjuangan almarhum sampai kepada generasi berikutnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X