Ia menambahkan bahwa pelatihan ini akan menjangkau setidaknya 59.546 guru dari sekolah sasaran pada tahun 2025 yang tersebar di seluruh wilayah provinsi di Indonesia.
“Kami tidak berjalan sendiri. Dalam pelatihan ini, kami berkolaborasi dengan 90 Lembaga Penyelenggara Diklat yang telah diseleksi ketat untuk memastikan kualitas pelaksanaan,” ungkap Rachmadi.
Peserta ToT berasal dari kalangan akademisi, guru, dan praktisi. Mereka tidak hanya menerima pelatihan teknis, tapi juga mengalami proses belajar aktif berbasis kebutuhan orang dewasa (andragogi).
“Pembelajaran dalam ToT ini menerapkan metode problem-based learning, project-based learning, hingga simulasi mengajar. Peserta bukan hanya belajar teori, tapi langsung mempraktikkan strategi mengajar koding dan kecerdasan artifisial,” paparnya.
Setiap sesi diakhiri dengan refleksi mendalam untuk mengaitkan teori dengan praktik lapangan.“Refleksi ini penting agar peserta betul-betul siap membawa perubahan di kelas masing-masing,” pungkasnya.(ati)