Halaqah nasional di UIN Mataram ini pada akhirnya menjadi ruang afirmasi bahwa masa depan pendidikan Islam membutuhkan kolaborasi menyeluruh lintas lembaga. Para peserta sepakat bahwa pesantren dan kampus merupakan dua pilar yang saling melengkapi, yaitu pesantren menjaga moralitas dan adab, sementara perguruan tinggi menguatkan metodologi ilmiah dan riset multidisipliner.
Dalam konteks inilah, keberadaan Pustunastren dipandang sebagai tonggak penting. Lembaga ini diharapkan mampu merawat manuskrip klasik sebagai sumber pengetahuan primer, memperkaya basis riset kebijakan pesantren, dan mendorong terciptanya kurikulum pendidikan Islam yang lebih adaptif terhadap tantangan global.
Kegiatan halaqah ditutup dengan penegasan kolaborasi antara Kementerian Agama dan UIN Mataram untuk memperkuat mutu pendidikan, riset, serta pengabdian masyarakat berbasis pesantren. UIN Mataram disebut siap menjadi salah satu kampus PTKIN paling aktif dalam mengembangkan inovasi akademik yang berakar pada khazanah intelektual Nusantara.
Baca Juga: LPS Mempercepat Pembentukan Kerangka Regulasi PPP, Ini Tujuannya
Dengan langkah ini, UIN Mataram menempatkan diri di garis depan upaya nasional membangun pendidikan Islam yang inklusif, riset-driven, dan berdaya saing global—seraya tetap menjejak kuat pada tradisi dan identitas pesantren yang selama ratusan tahun menjadi penyangga peradaban Islam Indonesia.(ati)