Krjogja.com - YOGYA - Inovasi pangan lokal kembali mencuri perhatian setelah tim peneliti Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta (UNJAYA) berkolaborasi dengan tim Universitas Gadjah Mada (UGM) mengenalkan Labu Susu (Cucurbita moschata ‘Butternut’) kepada masyarakat Kota Yogyakarta.
“Kami ingin masyarakat semakin mengenal labu susu sebagai sumber karbohidrat yang sangat baik dan mengandung mikronutrien esensial bagi kesehatan keluarga, sehingga tepat untuk diterapkan dalam upaya pencegahan anemia dan stunting,” kata ketua tim peneliti, Nurpuji Mumpuni, S.Si., M.Kes., Kamis (4/12/2025).
Labu Susu, yang juga dikenal dengan nama labu madu, labu kuning, atau labu parang, selama ini masih tergolong komoditas yang kurang populer di tengah masyarakat. Harganya relatif mahal dan biasanya hanya ditemukan di supermarket besar. Meski demikian, kandungan gizinya sangat tinggi, mulai dari beta karoten, asam folat, zat besi hingga zink. Labu Susu juga memiliki indeks glikemik rendah sehingga aman dikonsumsi ibu hamil yang ingin menjaga kenaikan berat badan, bahkan oleh penderita diabetes.
Baca Juga: M Fahri Diberi Kelonggaran PSS hingga Banjir Usai, Frederic Injay Menikah di Perancis
Program pengenalan Labu Susu ini menggunakan benih Citra Laga, hasil inovasi peneliti UGM Prof. Dr. Budi S. Daryono, M.Agr.Sc., yang terbukti lebih tahan terhadap virus dan sesuai dengan iklim Indonesia. Benih ini dipilih agar masyarakat dapat menanam dan membudidayakan labu secara mandiri dengan hasil yang lebih optimal.
Nurpuji Mumpuni mengatakan bahwa pemberdayaan masyarakat dilakukan secara menyeluruh melalui pendekatan co-creation. Warga Kelurahan Bener, Kemantren Tegalrejo, Yogyakarta, terlibat dari hulu hingga hilir, mulai dari sosialisasi komoditas, pembudidayaan, produksi, pengolahan, hingga distribusi produk ke posyandu. Pendekatan ini membuat warga merasa memiliki inovasi tersebut.
Tim peneliti kemudian mengembangkan tiga produk olahan dari Labu Susu dengan manfaat berbeda. Produk pertama adalah Bubur Bayi Labu Susu Sarat Gizi, yang diformulasikan sebagai makanan pendamping ASI. Bubur ini kaya protein, beta karoten, zat besi, zink, dan asam folat sehingga mendukung perkembangan visual, pertumbuhan, dan imunitas pada balita serta efektif untuk pencegahan stunting.
Baca Juga: Gelar Musyawarah Kerja Nasional IV, PP Persis Sampaikan 10 Rekomendasi
Produk kedua adalah Kue Lumpur Labu Susu Tinggi Protein, kudapan sehat rendah gula yang difortifikasi tempe untuk meningkatkan kandungan protein. Produk ketiga adalah Kolak Ibu Hamil, varian kolak rendah gula dengan tambahan Labu Susu sebagai sumber asam folat.
Ketiga produk tersebut telah melalui uji laboratorium. Hasil pengujian menunjukkan kandungan protein, beta karoten sebagai pro-vitamin A, asam folat, zat besi, dan zink dalam kadar tinggi pada seluruh produk olahan. Uji ini memastikan manfaat gizi yang sesuai dengan kebutuhan kelompok rentan seperti ibu hamil dan balita.
Pendampingan posyandu dilaksanakan dalam dua kali kegiatan setiap bulan. Kegiatan pertama berlangsung pada 21 Oktober 2025 bersamaan dengan uji penerimaan rasa terhadap tiga produk olahan Labu Susu. Kegiatan kedua dilaksanakan pada 23 November 2025.
Baca Juga: Kunci Ciptakan Ruang Media Sosial yang Positip, Siswa Perlu Kuasai Etika Digital
Pada kedua kegiatan tersebut, tim peneliti membagikan sekitar 300 paket produk olahan dan paket goody bag berisi bahan mentah untuk olahan labu susu yang dapat diolah sendiri di rumah.