Pendampingan pertama dihadiri kader posyandu, dosen dan mahasiswa, perwakilan Kelurahan Bener, serta Puskesmas Tegalrejo. Pada kegiatan kedua, hadir pula perwakilan Bappeda Kota Yogyakarta.
Dalam uji penerimaan rasa yang melibatkan 50 responden terdiri dari ibu hamil dan ibu balita, penilaian dilakukan terhadap warna, aroma, tekstur, rasa, dan kesan keseluruhan menggunakan skala 1–6. Hasil menunjukkan ketiga produk mendapatkan skor cita rasa tinggi (4–6) dengan nilai keseluruhan di atas 5, menandakan masyarakat menyukai dan menerima olahan berbahan Labu Susu tersebut.
Melalui kegiatan ini, tim peneliti menegaskan pentingnya kolaborasi lintas sektor dalam mendorong keamanan dan ketahanan pangan keluarga. Kader posyandu, Puskesmas Tegalrejo, Pemerintah Kelurahan Bener, dan Bappeda Kota Yogyakarta terlibat aktif untuk menjadikan inovasi ini bagian dari upaya bersama menekan angka anemia dan stunting, sekaligus mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras.
Baca Juga: Potensi Ekonomi DIY Melimpah, Penguatan Sektor Keuangan Jadi Kunci
Tim peneliti berharap Labu Susu dapat lebih dikenal masyarakat, tidak hanya sebagai komoditas mahal di supermarket, tetapi sebagai bahan pangan serbaguna yang dapat diolah menjadi makanan sehat harian. Harapan lainnya adalah agar masyarakat dapat membudidayakannya di lahan terbatas serta pemerintah daerah mendorong Labu Susu sebagai pangan unggulan daerah. “Labu Susu Citra Laga tidak hanya komoditas, tetapi solusi gizi masa depan yang lahir dari tangan masyarakat Yogyakarta sendiri,” kata tim peneliti. (Dev)