AI Dapat Direspon Lewat Tiga Pendekatan

Photo Author
- Selasa, 9 Desember 2025 | 23:50 WIB
Seminar nasional bertajuk Ketika Ulama Bertemu Algoritma di kampus UIN Yogyakarta.
Seminar nasional bertajuk Ketika Ulama Bertemu Algoritma di kampus UIN Yogyakarta.

KRjogja.com - YOGYA - Pendiri Majelis Hukama Muslimin (MHM) Quraish Shihab mengatakan sebagai fenomena baru, kecerdasan buatan (AI) bisa direspons dengan tiga perspektif, demikian katanya dalam seminar nasional bertajuk "Ketika Ulama Bertemu Algoritma" di kampus UIN Yogyakarta, Selasa (9/12/2025).

Pakar ilmu tafsir Al Quran itu menjelaskan AI dapat dilihat dengan pandangan lama, dilihat dengan pandangan baru semata, dan dilihat dengan pandangan baru sambil menyertakan nilai-nilai mapan dari pendapat lama.

“Saya kira cara ketiga inilah yang hendak kita tempuh. Tidak terlepas dari nilai-nilai lama,” ujar Prof Quraish.

Ia menjelaskan AI memberikan informasi yang sangat banyak kepada manusia. Ilmu agama telah menetapkan syarat terkait penerimaan informasi. Ada nilai yang harus diterapkan ketika seseorang sedang melakukan riset atau penelitian.

Baca Juga: Pupuk Budaya Empati, Pegawai Bank BPD DIY Himpun Bantuan Korban Bencana Sumatra

“Nilai itu dulu ditemukan dalam ilmu hadis, bahwa yang menyampaikan informasi itu harus dilihat apakah orangnya adil, dhabit (dapat dipercaya). Ini yang harus kita terapkan ketika kita memperoleh informasi dari siapapun atau apapun,” kata dia.

Nilai lain yang perlu jadi pertimbangan, kata Quraish, adalah kecerdasan spiritual dan kecerdasan moral. Sebab, dua orang bisa saja memberikan keputusan yang berbeda untuk satu persoalan yang sama.

Dari situ, menurutnya, ada satu putusan yang dibenarkan, yaitu dari orang yang mendapatkan anugerah dari Tuhan, baik dalam bentuk ilmu, intuisi, atau lainnya.

“Nilai lainnya, keputusan atau jawaban apapun harus disesuaikan dengan masa (waktu) dan penanya tentang apa problemanya. Kalau kita kembali ke Al Quran dan Sunnah, Nabi seringkali memberi jawaban yang berbeda-beda terhadap pertanyaan yang sama,” ujar Quraish.

Baca Juga: Pengawasan DAS DIY Mendesak, Mas Marrel Serukan Kolaborasi Besar-Besaran Lintas Sektor

“AI tidak mengenal saya yang bertanya, tidak mengenal problema saya, bagaimana dia mau menjawab dengan tepat,” kata dia menambahkan.

Sementara itu, Anggota Komite Eksekutif MHM TGB Abdul Majdi menggarisbawahi bahwa pembahasan yang berkembang tentang AI itu berkenaan dengan otoritas keagamaan, bukan tentang eksistensi agama. Sebab, eksistensi agama itu terjaga.

Selain itu, AI juga tidak mengganggu eksistensi manusia sebagai khalifah.

“Manusia sebagai jenis makhluk Allah yang diciptakan di dunia ini, dia akan selalu menjadi khalifah, dengan semua makna yang terkandung dalam makna khalifah,” kata TGB.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Danar W

Tags

Rekomendasi

Terkini

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

GKR Hemas Dukung Ulama Perempuan di Halaqoh KUPI

Rabu, 17 Desember 2025 | 22:20 WIB

1.394 KK Ikut Penempatan Transmigrasi Nasional 2025

Rabu, 17 Desember 2025 | 10:30 WIB

Airlangga Hartarto Usulkan 29, 30, 31 Desember WFA

Rabu, 17 Desember 2025 | 05:56 WIB
X