TGB Zainul Majdi merasa saat ini muncul kekhawatiran manusia, bahwa AI dianggap sebagai ancaman eksistensial. Ada kegundahan bahwa AI akan mengambil alih kemampuan berpikir kreatif.
“Hayawanun Nathiq dalam konsep Islam itu tidak hanya berpikir kreatif dalam konsep kognisi, tapi juga hikmah, spirituality. Jadi hayawanun nathiq bukan hanya kemampuan kognisi yang mungkin kita sudah kalah dari AI, tapi ada kemampuan lain yang disiapkan oleh Allah untuk manusia miliki sebagai khalifah,” kata dia.
Hal ketiga yang disinggung TGB adalah bahwa perjumpaan manusia dengan sesuatu yang sangat revolusioner, terjadi di setiap waktu dalam patahan sejarah.
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Amin Abdullah mengakui bahwa fenomena AI, algoritma, Chat GPT, dan lainnya memang mengubah tatanan. Tugas manusia untuk merespons dan menjawab tantangannya.
Amin juga mengakui bahwa AI telah melahirkan fragmentasi otoritas keagamaan. Umat saat ini tidak lagi percaya sepenuhnya pada Bahsul Masail NU atau Majelis Tarjih Muhammadiyah misalnya, tapi muncul fatwa-fatwa baru.
“Suka atau tidak suka, saat ini ada terfragmentasi otoritas,” kata dia.(*)