Krjogja.com, KUDUS - Berpikir komputasional bukan pelajaran rumit tentang komputer, melainkan cara berpikir yang bisa ditumbuhkan lewat kegiatan sederhana.
Begitu pesan Felicia Hanitio, Deputy Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation, saat membuka pelatihan calon pelatih berpikir komputasional bagi guru PAUD se-Indonesia di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Senin (27/10).
"Sesederhana bermain lompat karet atau mencuci tangan, guru bisa menanamkan kemampuan berpikir logis dan sistematis kepada anak."
"Yang penting bukan alatnya, tapi bagaimana guru memancing anak untuk berpikir dan mencari pola," ujar Felicia.
Ia menegaskan bahwa berpikir komputasional bukan kurikulum baru, melainkan proses berpikir yang menumbuhkan kecerdasan logika dan kreativitas sejak usia dini.
Pernyataan Felicia ini sejalan dengan arahan Direktur Guru PAUD dan Pendidikan Nonformal, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Suparto, SAg MEd PhD.
Menurutnya, penguasaan pola pikir komputasional menjadi fondasi utama bagi generasi muda untuk menghadapi tantangan era digital.
"Pembelajaran Koding dan kecerdasan Artifisial (KKA) bukan tren sesaat, melainkan kebutuhan mendasar."
"Guru PAUD punya peran strategis dalam menanamkan kemampuan berpikir logis dan kreatif sejak awal kehidupan anak,” tegas Suparto.
Pelatihan nasional yang berlangsung hingga Jumat (31/10) ini diikuti 38 peserta dari 15 provinsi di Indonesia. Mereka terdiri dari guru, kepala sekolah, dan perwakilan Direktorat PAUD serta Unit Pelaksana Teknis Ditjen GTK dari Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat.
Para peserta akan mempelajari konsep berpikir komputasional, praktik langsung di kelas, serta kunjungan ke empat satuan PAUD percontohan di Kabupaten Kudus.
Dalam pelaksanaan pelatihan, delapan guru PAUD dari Kabupaten Kudus dan Kabupaten Sumbawa Barat menjadi mentor utama.
Mereka telah lebih dulu menerapkan berpikir komputasional di kelas masing-masing.