YOGYA, KRJOGJA.com - Selama ini Ki Hadjar Dewantara selalu dihubungkan dengan pendidikan. Padahal, Ki Hadjar Dewantara juga tokoh kebangsaan. Banyak pemikiran Ki Hadjar Dewantara terkait dengan kebangsaan. Hal ini disampaikan oleh Anggota DPR RI Drs HM Idham Samawi ketika menyampaikan kesannya pada peluncuran Buku Tamansiswa & Indonesia serta Gelar Pameran Foto Dokumentasi & Memorabilia Tokoh Tamansiswa, di Kampus Pusat Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta, Senin (4/7/2022).
"Saya bangga menjadi anak tokoh Tamansiswa, karena banyak sekali yang saya dapat dari almarhum ayah saya, tentang ajaran Ki Hadjar Dewantara," kata Idham Samawi. Foto ayah Idham Samawi yakni Ki Samawi ikut dipajang pada gelar pameran tersebut.
Idham Samawi menceritakan, ayahnya berasal dari Bukittinggi Sumatera Barat berdarah Minang. Sedang ibu dari Kuningan Jawa Barat berdarah Sunda. Tetapi Idham Samawi tidak diajari bahasa Minang oleh ayahnya dan tidak diajari bahasa Sunda oleh ibunya. Justru Idham Samawi fasih berbahasa Jawa. Ketika itu ditanyakan pada ayahnya, sang ayah menjelaskan ajaran Ki Hadjar Dewantara, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Itu Indonesia.
Cita-cita proklamasi juga merupakan buah pikiran Ki Hadjar Dewantara. Demikian pula ketika Ki Samawi saat awal menerbitkan SKH Kedaulatan Rakyat 27 September 1945, juga dikaitkan dengan ajaran Ki Hadjar Dewantara yaitu nasionalisme. Untuk mengabarkan kepada masyarakat luas bahwa Indonesia sudah merdeka. Karena saat itu masih banyak yang belum tahun kalau Indonesia sudah merdeka.
Menurut Idham Samawi sudah banyak sumbangsih Tamansiswa kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ki Hadjar Dewantara juga ikut berperan pada kemerdekaan RI, waktu itu duduk menjadi anggota Panitia Persiapkan Kemerdekaan Indonesia. Oleh karna itu, Idham Samawi mengajak seluruh insan Tamansiswa untuk golong gilig maju bersama melangkah kedepan. Tetapi Tamansiswa harus mempunyai rencana kerja yang jelas terutama menghadapi satu abad NKRI pada tahun 2045.
Sementara Rektor UST Ki Prof Drs Pardimin PhD menegaskan, perlu keberanian agar Tamansiswa bisa maju. Yakin bahwa Tamansiswa bisa maju. Bukan bermaksud sombong, Ki Pardimin memberi contoh UST karena berani melangkah berani membenahi semuanya, maka kini UST sudah lebih baik daripada sebelumnya. Membangun UST dan mensejahterakan dosen serta karyawannya. Sekarang semua dosen di UST harus S3 atau doktor.
Ki Pardimin yang juga Plt Ketua Harian Majelis Luhur Persatuan Tamansiswa (MLPTs) menyebutkan bisa saja UST menjadi ikon Tamansiswa. Apa yang dilakukan UST menurutnya adalah agar menjadi contoh bagi semua Tamansiswa di seluruh Indonesia.
Sedangkan Ketua Tim Editor Buku Tamansiswa & Indonesia Darmanto, menyebutkan ada 23 tokoh Tamansiswa di buku itu. Dalam pameran juga sama 23 tokoh itu. Selama ini menurutnya, banyak tokoh Tamansiswa yang tidak terlihat karena tenggelam oleh kebesaran nama Ki Hadjar Dewantara. Oleh karena itu dicoba untuk diangkat tokoh-tokoh yang bagai mutiara yang berperan dalam mendukung pemikiran dan langkah Ki Hadjar Dewantara.
Acara peluncuran buku dan gelar pameran foto itu dihadiri keluarga Tokoh Tamansiswa yang ada dalam buku dan pameran foto. Hadir pula Ketua Umum MLPTs Periode 2011-2016 Jenderal TNI (Purn) Tyasno Sudarto yang bersama-sama dengan Drs HM Idham Samawi, menggunting pita tanda dibukanya gelar pameran foto. (War)