Berdasarkan data dari Revelio Labs, jumlah lowongan kerja untuk posisi level pemula turun sekitar 35 persen dari Januari 2023 hingga Juni 2025, menunjukkan dampak nyata dari penerapan AI di berbagai industri.
"Jika tidak ada anak muda yang bisa mendapatkan pekerjaan, maka kita tidak akan punya siapa pun di masa depan yang bisa menduduki posisi kepemimpinan yang sangat strategis,” ujarnya.
“Jadi, kita perlu memberi ruang bagi orang-orang yang masih muda kariernya, meskipun AI bisa melakukan pekerjaan para pekerja magang,” tambahnya.
Chesky menilai, meskipun model AI bisa menyelesaikan banyak pekerjaan tingkat dasar, teknologi ini masih kesulitan menghasilkan pemikiran baru dan tetap memerlukan instruksi manusia di setiap tahapnya. Hal ini sejalan dengan pandangan beberapa CEO besar dunia yang juga mulai menata ulang peran manusia dalam organisasi mereka.
Baca Juga: Mampir di 9 Kota, Ini 15 Film Jepang dan Jadwal JFF 2025
CEO Meta Mark Zuckerberg, misalnya, memprediksi bahwa AI akan membantu pekerjaan staf tingkat bawah hingga menengah dalam waktu dekat.
Sementara CEO Amazon Andy Jassy menyebut bahwa penggunaan AI secara ekstensif memungkinkan perusahaannya “berinovasi lebih cepat dari sebelumnya”, yang akhirnya memicu restrukturisasi dan efisiensi besar-besaran hingga menyebabkan PHK terhadap 14.000 karyawan pada Oktober lalu.
Namun, bagi Chesky, taruhan terbesar bukanlah pada teknologi, melainkan pada kemampuan manusia untuk terus beradaptasi. “Saya akan menggunakan perangkat AI, tetapi saya tidak akan mencoba memprediksi ke mana arah dunia karena semua prediksi kami salah,” ujarnya.
Chesky, menekankan bahwa upaya untuk menebak industri mana yang akan paling aman dari disrupsi AI adalah “proposisi yang merugikan.” Sebaliknya, cara terbaik untuk bertahan adalah terus bergerak maju dan mengembangkan kemampuan yang bersifat universal.
Baca Juga: Diangkat Menjadi Film, Ritual Pesugihan Sate Gagak Mengajarkan Hikmah Kehidupan
“Empat tahun lalu, tidak ada yang membicarakan AI. Jadi, sulit untuk memprediksi dengan tepat di mana dunia akan berada dalam lima tahun. Jadi, saya pikir, cobalah pelajari hal-hal yang menurut Anda akan selalu benar terlepas dari teknologinya, dan ikuti saja rasa ingin tahu Anda,” sebut Chesky.
Pesan Chesky mencerminkan realitas baru dunia kerja. Di era AI, bukan kecerdasan buatan yang paling berkuasa, melainkan manusia yang mampu berpikir kritis, berkomunikasi efektif, dan memimpin dengan empati. Dengan fondasi keterampilan tersebut, generasi muda dapat tetap relevan dan berdaya saing, apa pun bentuk masa depan teknologi yang menanti.(*)