Pasar Finansial Indonesia Tetap Manarik

Photo Author
- Selasa, 15 Agustus 2023 | 15:09 WIB
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Krjogja.com - JAKARTA - Pasar finansial Indonesia menunjukkan potensi yang menarik hingga akhir tahun. Inflasi yang menurun, upah yang meningkat dan belanja kampanye diharapkan dapat mendorong konsumsi domestik lebih tinggi di sisa tahun ini.

Menurut Chief Economist & Investment Strategist PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI) , Katarina Setiawan meski The Fed masih menaikkan suku bunga namun Bank Indonesia (BI) tetap mempertahankan tingkat suku bunga di level saat ini. Hal ini antara lain disebabkan karena suku bunga saat ini dianggap cukup untuk menahan inflasi dan selisih suku bunga BI terhadap The Fed semakin menyempit.

Pengendalian nilai tukar Rupiah dilakukan oleh BI melalui instrumen lain, seperti intervensi valuta asing dengan menggunakan cadangan devisa dan program operation twist. Sementara itu, tingginya surplus perdagangan sejak 2020 tidak serta merta mendorong peningkatan cadangan devisa.

Kondisi ini menunjukkan keengganan eksportir untuk mengonversi dana hasil ekspor ke mata uang lokal karena tingkat suku bunga yang kurang atraktif. Regulasi yang mewajibkan penanaman Dana Hasil Ekspor untuk jumlah minimum ekspor 250.000 dokar AS selama tiga bulan diharapkan meningkatkan likuiditas dolar AS di dalam negeri dalam jumlah cukup besar dan membantu menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.

“Angka inflasi Indonesia masih menunjukkan penurunan lebih lanjut pada bulan Juni 2023 hingga kembali ke kisaran sasaran di level 3+1 persen, lebih cepat dari perkiraan semula. Realisasi ini menjadi yang terendah sejak 14 bulan lalu,” jelasnya di Jakarta, Selasa (15/08/2023).

Kembalinya inflasi ke sasaran merupakan hasil konsistensi kebijakan moneter serta eratnya sinergi pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan pemerintah, baik di tingkat pusat dan daerah. Kebijakan saat ini dipandang BI cukup untuk membawa inflasi ke kisaran target inflasi 3±1 persen di 2023 dan 2.5±1 persen di 2024.
Indikator ekonomi Indonesia menunjukkan peningkatan aktivitas domestik. Hal ini ditandai oleh beberapa hal, antara lain tingkat keyakinan konsumen yang terjaga baik, sehingga dapat mendorong minat konsumsi masyarakat.

Selain itu, indikator investasi juga menunjukkan tren pemulihan dan BI mendukung penyaluran kredit dengan memotong RRR (reserve requirement ratio) untuk memenuhi kebutuhan dana dari berbagai sektor usaha. Di paruh kedua tahun ini, belanja pemerintah yang lebih tinggi serta mulai bergulirnya dana dari anggaran pemilu dapat meningkatkan konsumsi domestik, yang diharapkan mendukung pertumbuhan PDB Indonesia.

Sementara itu, Ezra Nazula, Director & Chief Investment Officer, Fixed Income mengatakan, pemerintah telah merevisi defisit anggaran 2023 dengan total target pendapatan dinaikkan 7 persen, sedangkan belanja dinaikkan 2 persen. Dengan demikian, target pembiayaan terpangkas.

Pasar obligasi yang terkendali di tengah defisit anggaran yang mengecil dan saldo SAL yang besar menjadi katalis penting pasar obligasi di tahun ini. Pasar obligasi Indonesia hingga tahun berjalan menunjukkan hasil yang positif sebesar 7,4 persen year to date YTD, mengungguli pasar obligasi di emerging market 4,5 persen dan global 2,1 persen.

“Kami optimistis pasar obligasi Indonesia akan terus menunjukkan kekuatan, dimana imbal hasil obligasi pemerintah 10 tahun bisa kembali ke kisaran 6,00 - 6,25 persen,” ujar Ezra. (Lmg)

Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Ivan Aditya

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Menteri Agama Luncurkan Dana Paramita bagi ASN Buddha

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:21 WIB

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB
X