PAMERAN lukisan rangkaian peringatan 80 tahun Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengku Buwono X bertajuk 'Hamengku, Hamangku, Hamengkoni' di Jogja Gallery Jalan Pekapalan Alun-alun Utara Yogyakarta, memajang puluhan lukisan karya 40 seniman perupa Yogyakarta.
Pameran dibuka oleh Sri Sultan HB X, Senin (11/12) sore, disaksikan Kapolda DIY Inspektur Jendral Polisi Suwondo Nainggolan, Kurator Suwarno Wisetrotomo, Ketua Panitia Pameran Widhihasto Wasana Putra, Indro Kimpling Suseno (Direktur Jogja Gallery), Butet Kartaredjasa, perupa Nasirun, Agus Noor, Ledek Sukadi, Subandi Giyanto, Pupuk DP, Edi Sunaryo, Putu Sutawijaya, Katirin, Astuti Kusumo, Yuswantoro Adi, Bambang Herras,dan para pelukis lainnya Yogya yang ikut pameran. Pameran lukisan tersebut, masih berlangsung hingga Selasa (26/12) mendatang.
Sri Sultan HB X mengatakan, pameran 'Hamengku Hamangku Hamengkoni' ini, merupakan
momentum penuh makna dapat menjadi peristiwa budaya yang pantas pula lebih kita syukuri.
"Bahkan pameran ini, dapat mengundang minat khalayak pecinta seni rupa, untuk turut menyelami berbagai pesan bermakna di balik berbagai karya rupa yang disajikan," papar Sri Sultan HB X.
Bagi Sri Sultan HB X, secara pribadi, pameran ini dapat dikategorikan sebagai suatu peristiwa budaya, yang diharapkan memberi kesempatan kepada pecinta seni dan seluruh masyarakat, untuk menggali berbagai pesan moral yang disampaikan melalui sapuan kuas para perupa.
Dewasa ini, kita hidup dalam gelombang dunia yang semakin menyatu, dengan sifatnya yang universal. Kini, Seni Lukis kita pun sudah mencapai tataran level dunia, setidaknya jika mencermati berbagai karya 40 perupa yang ditampilkan.
Baca Juga: Ade Armando Bakal Dipanggil Polisi!
Menikmati karya rupa, selayaknya menjelajahi makna bayangan samar. Kadangkala yang tertangkap indera seorang awam adalah suatu ungkapan gambar penuh simbolisasi, kesemuanya itu memerlukan perenungan mendalam untuk memahaminya.
Tetapi umumnya apa yang tersirat di balik selubung tanda‑tanda itu, sesungguhnya adalah perjalanan hidup manusia 'Purwa‑ madya‑wasana' yang menyerukan setiap insan untuk senantiasa 'eling, sangkan paraning dumadi'.
Sehingga pada intinya, hasil karya perupa ini, dapat dikatakan mengandung muatan 'patrap, adeping tekad, cloroting batin'.
"Gelaran pameran lukisan ini, sekadar menunjukkan contoh, betapa kayanya 'piwulang' para leluhur, di mana deskripsi, derivasi dan penjabaran serta aplikasinya dalam kehidupan, dapat mengundang imaji budayawan dan seniman kita, sebagaimana dapat digali dan dikaji maknanya, yang tertuang di sebagian karya lukisan yang dipamerkan ini," imbuh Sri Sultan HB X.
Suwarno Wisetrotomo mengungkapkan, pameran lukisan ini, tiga kata dalam tema itu mengandung makna, bahwa Sri Sultan HB 10, melindungi seluruh rakyat secara adil tanpa membeda-bedakan golongan, keyakinan, dan agama (hamengku), berkewajiban membesarkan hati seluruh rakyatnya untuk lebih banyak memberi daripada menerima (hamangku), dan berkewajiban memberikan teladan bagi seluruh rakyatnya dan berdiri di depan untuk memikul tanggung jawab dengan segala risikonya (hamengkoni).
Tema utama itu pula, yang disodorkan pada para perupa, dan dengan sigap direspons dalam beragam tafsir serta bentuk. Momentum ulang tahun 80 tahun Sri Sultan HB X, telah 'dimanfaatkan' oleh para perupa untuk merenungi (kosmos Yogyakarta dengan Kraton Yogyakarta Hadiningrat sebagai episentrumnya), menyuarakan (harapan sekaligus kecemasan terhadap situasi sosial, politik, ekonomi Indonesia mutakhir), dan merayakan (eksistensi Sri Sultan HB X, berikut pesan, peran bagi masyarakat Yogyakarta, Indonesia, dan dunia).
Kemudian 40 perupa dalam pameran seni rupa ini, merupakan wujud renungan, suara, harapan, dan perayaan '80 Yuswa Dalem Sri Sultan Hamengu Bawono HB X.