Olah Karamunting Menjadi Minyak, Suhada Mendulang Rupiah Sekaligus Mengangkat Tanaman Nusantara

Photo Author
- Kamis, 11 Januari 2024 | 21:00 WIB
Suhada membuat minyak karamunting sejak 2020 (kiriman Suhada)
Suhada membuat minyak karamunting sejak 2020 (kiriman Suhada)


Krjogja.com - Pohon karamunting yang banyak tumbuh di daerahnya menggugah rasa penasaran Ahmat Jumat Suhada. Tanaman dengan nama latin Rhodomyrtus tomentosa itu mudah dijumpai di lahan terbuka Kota Pangkalpinang tempat tinggal Suhada.

Karamunting yang dalam bahasa lokal disebut kedebik itu dimanfaatkan dari dulu oleh warga lokal. Masyarakat menggunakan daun dan akarnya untuk mengatasi demam, sakit perut, dan berbagai penyakit dalam. Hal itulah yang memicu Suhada mencoba mengolah karamunting. Ia memetik daun, merebus, dan mengolahnya menjadi minyak. Hasilnya ia kemas dalam botol semprot berukuran 25 ml dan kemasan roll on berisi 10 ml minyak.

Meski berlabel Minyak Kedebik, isinya tidak hanya daun kedebik. Ia menambahkan daun sirih hijau. Gunanya meningkatkan kemampuan antibakteri, analgesik (pengurang rasa sakit), dan antiradang. "Daun sirih kan sudah dipakai nenek moyang kita sejak dulu juga," ungkap Suhada. Pembuatan minyak itu ia lakukan di tempat tinggalnya di Kota Pangkalpinang, Provinsi Bangka Belitung.

Bahan kain yang Suhada tambahkan adalah daun ketepeng cina. Istri Suhada, Artinti Ardubaili menyatakan daun ketepeng cina juga dimanfaatkan dari dulu untuk mengatasi penyakit. "Biasanya untuk mengatasi sariawan," kata Artinti, nama panggilannya. Selain ekstrak berbagai daun itu, Suhada menambahkan minyak pepermin dan kamfor.

Tujuannya untuk memperkuat sensasi hangat yang muncul. Untuk pemakaiannya, minyak karamunting itu disemprotkan atau dioleskan ke permukaan kulit.

Setahun pertama tidak menjual

Racikan yang sekarang diproduksi adalah hasil dari berkali-kali perubahan. Suhada tidak hanya mencoba satu dua kali. Sejak 2020, "Berkali-kali mencoba sampai mendapat racikan yang pas," katanya.

Untuk memperkenalkan minyak buatannya Suhada membagikan kepada tetangga, saudara, famili, teman, atau pemuka masyarakat setempat. "Setahun pertama kami tidak jualan. Minyak itu dibagi-bagikan saja nanti kami minta testimoninya," ujarnya.

Testimoni itu ia unggah ke akun Facebook miliknya sebagai promosi. Ia juga rutin mengikuti pameran di Pangkalpinang dan Jakarta. Memasuki 2022 barulah minyak kedebik mulai dikomersilkan. Awalnya pasangan Suhada dan Artinti memetik, mengolah, mengemas, dan mengedarkan sendiri produk itu. Kini Suhada mempekerjakan anak tertuanya ditambah dua pegawai. "Kami sedang mengurus pendaftaran Hak Atas Kekayaan Intelektual dan sertifikasi dari BPOM," kata Artinti. Sejauh ini Minyak Kedebik sudah mengantungi sertifikat dari LPPOM MUI.

Saat ini produk itu dipasarkan oleh sepuluh reseler aktif dan secara daring melalui aplikasi Shopee. Dari sana permintaan yang datang sedikitnya 600 botol setiap bulan. Kedebik alias karamunting tumbuh hampir di seluruh Indonesia. Dalam buku berjudul Karamunting Tanaman Endemik Lahan Basah, dosen Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Fujiati dan rekan menulis karamunting tumbuh liar di lahan basah.

Dalam buku itu juga dinyatakan bahwa kedebik mempercepat penyembuhan penyakit. Caranya dengan memasok zat-zat seperti triterpenoid, fenol, atau tanin yang berperan meregenerasi jaringan dan menghambat peradangan.


Tumbuh di kaki Gunung Merapi

Di kaki gunung Merapi karamunting juga umum tumbuh liar. Berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta dan sekitarnya juga banyak meriset tanaman itu. Salah satunya Universitas Islam Indonesia (UII). Mengutip laman digital uii.ac.id, beberapa mahasiswa UII meriset faedah daun karamunting dari sekitar Gunung Merapi untuk meredakan diabetes.

Daun dan bunga karamunting, yang di Bangka disebut kedebik. (kiriman Suhada)

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Tomi Sujatmiko

Tags

Rekomendasi

Terkini

Menteri Agama Luncurkan Dana Paramita bagi ASN Buddha

Minggu, 21 Desember 2025 | 20:21 WIB

Lagi, Kilang Pertamina Luncurkan Produk Setara Euro 5

Minggu, 21 Desember 2025 | 15:00 WIB

Unpad Bandung Juara I UII Siaga Award 2025

Sabtu, 20 Desember 2025 | 09:30 WIB
X