Krjogja.com - YOGYA - Semar adalah tokoh pewayangan yang terkenal di dalam budaya Jawa. Sebagai tokoh yang penuh kebijaksanaan dan kebijakan, Semar berperan sebagai pengawas dan pelindung bagi para ksatria dalam cerita pewayangan.
Kebijaksanaan Semar tidak hanya terlihat dalam kehidupan pewayangan, melainkan juga dari kata-kata Semar yang memiliki makna mendalam dan relevan hingga saat ini. Salah satunya ungkapan Semar adalah "Patutlah bersedih pada saat yang pantas." Makna dari kata-kata ini adalah bahwa kita seharusnya bersedih ketika memang ada hal-hal yang memang pantas untuk disesalkan.
Semar mengajarkan kita bahwa bersedih tidaklah salah, namun kita harus pandai dalam memilih waktu dan situasi yang tepat untuk menyalurkan emosi tersebut.
Semar merupakan salah satu tokoh pewayangan yang terkenal di dalam budaya Jawa. Sebagai tokoh yang penuh kebijaksanaan dan kebijakan, Semar berperan sebagai pengawas dan pelindung bagi para ksatria dalam cerita pewayangan. Namun, kebijaksanaan Semar tidak hanya terlihat dalam kehidupan pewayangan, melainkan juga dari kata-kata Semar yang memiliki makna mendalam dan relevan hingga saat ini.
Selain itu, Semar juga mengajarkan tentang pentingnya rendah hati melalui kata-kata inspiratif lainnya, "Awakmu kuwi kaya sing dipake dening tanduran. Ora iso diliwi." Makna dari kata-kata ini adalah bahwa kita seharusnya bersikap rendah hati dan tidak menyombongkan diri, sebab kehidupan ini sementara dan tidak abadi.
Berikut adalah sejumlah kata-kata Semar yang masih relevan sampai sekarang, seperti yang telah dirangkum dari berbagai sumber :
Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara
Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara merupakan sebuah konsep yang berasal dari kata-kata Semar, yang memiliki makna yang mendalam. "Memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara" merupakan ajaran yang mengajarkan tentang pentingnya untuk memberikan kebahagiaan, kesejahteraan, dan keselamatan kepada sesama.
Dalam hidup ini, kita tidak dapat hanya berpikir tentang diri sendiri dan kepentingan pribadi saja. Kita juga harus memikirkan orang lain dan berusaha untuk membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik bagi semua makhluk hidup. Sifat serakah dan tamak hanya akan membawa kerusakan dan ketidakadilan dalam kehidupan bersama. Oleh karena itu, kita harus memperlakukan orang lain dengan penuh kasih sayang, hormat, dan persaudaraan agar tercipta kedamaian dan kerukunan di masyarakat.
Melalui konsep "memayu hayuning bawana, ambrasta dur hangkara", kita dituntut untuk berusaha keras dalam menciptakan hubungan yang harmonis antara manusia dengan alam semesta.
Aja milik barang kang melok, aja mangro mundak kendho
Aja milik barang kang melok adalah pepatah yang berasal dari kata-kata Semar. Dalam kehidupan, sering kali kita tergoda atau terpana dengan segala hal yang terlihat cantik, indah, dan mewah. Namun, penting untuk diingat bahwa kepemilikan barang-barang tersebut tidak akan membawa kebahagiaan yang sejati. Memiliki barang-barang yang melok tentu bisa membuat kita senang sejenak, namun hal tersebut tidak akan bertahan lama.
Sebaliknya, ketika kita memiliki semangat dan tekad untuk mencapai tujuan-tujuan hidup kita, itulah yang benar-benar membuat kita bahagia dan puas. Jangan pernah meragukan diri sendiri agar tetap bisa bersemangat dalam menjalani kehidupan. Rasa ragu akan menyebabkan kegagalan dan penurunan semangat. Teruslah percaya pada diri sendiri dan berjuanglah keras untuk meraih apa yang diinginkan.
Hidup adalah perjalanan panjang yang penuh dengan lika-liku dan tantangan, namun dengan semangat yang tak pernah padam.
Sura dira jaya jayaningrat, leburing dening pangastuti