KRjogja.com - SUKOHARJO - Kebutuhan air bersih di wilayah kekeringan terdampak musim kemarau sudah terpenuhi sejak dua minggu terakhir setelah curah hujan mengalami peningkatan signifikan. Pemkab Sukoharjo dengan kondisi tersebut menghentikan droping air bersih. Meski demikian, bantuan air bersih tetap akan dikirim sesuai dengan kebutuhan apabila masyarakat menginginkan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo Ariyanto Mulyatmojo, Kamis (28/11/201) mengatakan, cuaca panas musim kemarau pada periode Juli hingga Oktober berdampak pada ribuan jiwa warga di wilayah selatan Kabupaten Sukoharjo meliputi Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu kekurangan air bersih. Warga mengandalkan air bersih dari kiriman bantuan Pemkab Sukoharjo.
Peralihan cuaca dari kemarau ke hujan mulai datang pada akhir Oktober dan awal November. Curah hujan sejak saat itu terus mengalami peningkatan hingga sekarang. Dampaknya debit air bersih di sumur dan tempat penampungan milik warga sudah terisi penuh. Kondisi serupa juga terjadi di Pamsimas dan sumber air bersih milik pemerintah desa.
Baca Juga: Hadapi Nataru, Pasokan dan Harga Komoditas di DIY Terjaga
Air bersih di sumur dan tempat penampungan membuat warga sepenuhnya terjamin. Warga sudah melaporkan kondisi tersebut ke pemerintah desa dan diteruskan ke pemerintah kecamatan dan Pemkab Sukoharjo.
BPBD Sukoharjo juga merespon laporan warga dengan menghentikan droping air bersih ke warga yang sebelumnya terdampak kekeringan. Namun demikian, Pemkab Sukoharjo nantinya tetap akan mengirim bantuan air bersih apabila ada pengajuan permohonan dari warga.
"Curah hujan terus naik signifikan dan air bersih warga sudah terpenuhi setelah debit air sumur terisi penuh. Dengan kondisi ini Pemkab Sukoharjo menghentikan droping or bersih ke wilayah yang sebelumnya terdampak Kekeringan," ujarnya.
BPBD Sukoharjo sebelumnya mencatat ada 1.568 kepala keluarga (KK) atau 6.152 jiwa terdampak kekeringan. Wilayah terdampak meliputi tiga kecamatan yakni Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu. Selain itu ada 11 desa, 21 dukuh, dua sekolah dasar (SD) dan satu pondok pesantren (ponpes).
Baca Juga: Ditemukan 2 Mayat di Dam Cangkring Mulyodadi
Jumlah dropping air bersih per 23 Oktober 2024 ada 425 tangki atau 2.389.000 liter. Semuanya sudah terdistribusi ke wilayah terdampak kekeringan. "Untuk warga droping air bersih dari Pemkab Sukoharjo dihentikan karena kebutuhan warga sudah terpenuhi dari sumur dan Pamsimas. Tapi Pemkab Sukoharjo tetap membuka dan melakukan droping air bersih lanjutan apabila ada warga yang membutuhkan. Seperti kemarin ada pengajuan dari pihak sekolah di wilayah yang sebelumnya terdampak kekeringan langsung kami kirim. Air bersih untuk sekolah itu memenuhi kebutuhan aktivitas siswa dan guru," lanjutnya.
BPBD Sukoharjo tetap menerjunkan petugas melakukan pemantauan di wilayah yang sebelumnya terdampak kekeringan. Hal ini dilakukan selain memastikan kebutuhan air bersih warga terpenuhi, juga terkait dengan pemetaan sumber air bagi warga.
"Warga di wilayah selatan Kabupaten Sukoharjo seperti Kecamatan Tawangsari, Weru dan Bulu mengandalkan air bersih dari hujan. Saat kemarau warga mengajukan bantuan droping air bersih ke Pemkab Sukoharjo," lanjutnya.
Baca Juga: Dr Gunarmi: Kontrasepsi Mantap Pilihan Tepat
Camat Bulu Widyanto Setyo Wibowo, mengatakan, curah hujan tinggi sangat berdampak bagi warga yang sebelumnya kekurangan air bersih sekarang sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya tersebut. Air bersih sudah tersedia di sumur, fasilitas Pamsimas dan penampunhan air bersih lainnya.