Para akademisi yang juga menduduki jabatan struktural telah dibungkam suaranya secara halus lewat beban tugas yang lebih bersifat administratif.
Misalnya, AB Widyanta mencontohkan perihal pengurusan akreditasi program studi yang banyak menyita waktu para dosen.
Padahal, semestinya para dosen lebih difokuskan untuk mengajar di kelas sebagai upaya membangun nalar kritis masyarakat kampus.
Selain itu, masih menurut dirinya, kontrol censorship yang melanda lingkungan akademik juga tak lepas dari budaya feodalisme.
Karakter yang telah mendarah daging ini pada muaranya menghambat proses kebebasan di pelbagai ruang publik, terutama di lingkup dunia akademis.