Nanti wakaf yang dihimpun Forjukafi disimpan dan diinvestasikan, tidak boleh dikurangi sama sekali satu sen pun tidak boleh berkurang sampai kiamat. Hasil investasi dana wakaf tersebut bisa digunakan untuk membantu orang lemah, orang miskin, orang terpinggir, dan lain sebagainya.
"Nazhir wakaf uang ini artinya, Forjukafi ini, lembaga ini bisa mengumpulkan wakaf dari masyarakat," ujar Kamaruddin yang juga Ketua BWI.
Ia berharap wakaf menjadi kesadaran bersama dan mudah-mudahan akan muncul lagi nazhir wakaf yang lain dari entitas-entitas selain jurnalis. Jadi yang bisa menjadi nazhir tidak hanya jurnalis, tapi juga akademisi, politisi, ekonom, semuanya diharapkan bisa bersama-sama bergerak.
Kamaruddin juga menegaskan bahwa aset wakaf itu jumlahnya cukup besar, ada sekitar 451 ribu titik yang nilainya oleh Bank Indonesia (BI) pernah menyebut sekitar Rp 2.000 Triliun, kalau ingin dikuantifikasi nilainya. Di antara 450 ribu titik itu, sebagian besarnya sudah produktif, tetapi masih sangat banyak yang tidak produktif.
Ini juga pertumbuhannya luar biasa, sekitar 6-7 persen pertumbuhannya setiap tahun. Artinya masyarakat Indonesia itu sangat dermawan mewakafkan hartanya, sehingga wakaf tumbuh sangat luar biasa setiap tahun.
"Nah, wakaf uang ini sekarang salah satu yang dikembangkan di Badan Wakaf Indonesia, yaitu mengajak masyarakat untuk berwakaf mulai dari Rp 10.000, Rp 15.000, dan seterusnya. jadi berwakaf sekarang tidak harus berwakaf aset, tidak harus tanah seperti dulu," ujarnya.
Baca Juga: Koyo Pereda Nyeri Halal Pilihan Masyarakat ini Sabet Top Halal Award 2025
Kamaruddin mengatakan bahwa potensinya wakaf uang Rp 180 triliun setiap tahun. Potensi yang berhasil dikumpulkan baru Rp 3,5 triliun. Jadi ada Rp 3,5 triliun wakaf uang yang dikumpulkan oleh BWI bersama dengan nazhir-nazhir wakaf uang yang ada di seluruh Indonesia.
"Nah, dana ini, Rp3,5 triliun ini, sampai kiamat itu nggak boleh berubah, nggak boleh berkurang, diinvestasikan, hasil investasinya itulah yang digunakan untuk membantu orang lemah, membantu mereka yang membutuhkan jadi ini salah satu instrumen pengentasan kemiskinan yang sesungguhnya berpotensi sangat powerful jika ini dikelola dengan baik," kata Sekjen Kemenag RI. (Ati)