Hyang Guru dengan semena-mena membunuh Bambang Srigatya yang kemudian membuat Hyang Wisnu sakit hati.
Kematian anaknya membuat Hyang Wisnu enggan menumpas pemberontakan Prabu Selahardi.
Terpaksa oleh keadaan, Hyang Guru akhirnya menghidupkan kembali Bambang Srigatya untuk membantu Hyang Wisnu mengalahkan Prabu Selahardi.
Rangkaian cerita tersebut melukiskan sosok Hyang Guru yang mudah meletup amarahnya.
Kemarahannya terhadap Hyang Wisnu maupun Bambang Srigatya dapat membuat Suralaya terancam.
Dalam kehidupan sehari-hari, kemarahan yang dituruti dapat menimbulkan risiko bagi orang lain atau lingkungan sekitar.
Karenanya, penting untuk dapat menahan amarah yang sewaktu-waktu dapat muncul.
Pentingnya menahan diri dari buruk sangka
Dalam cuplikan kisah yang lain, Hyang Wisnu dilukiskan sebagai sosok yang pencemburu dan mudah berburuk sangka.
Dikisahkan, saat itu Hyang Wisnu tengah pulang dari bertapa di Wringinsapta untuk menemui istrinya, Putri Medang.
Selepas sekian lama bertapa, Hyang Wisnu merasa rindu kepada belahan jiwanya itu.
Namun, tatkala sampai di rumah, Hyang Wisnu mendapati bahwa Putri Medang sedang berduaan dengan seorang pria.
Pria itu nampak gagah dan tampan seperti Hyang Wisnu. Tak pelak, muncullah rasa cemburu pada diri Hyang Wisnu.
Rasa cemburu yang membakar membuat Hyang Wisnu bahkan menuduh Putri Medang berbuat serong.
Putri Medang dengan sungguh-sungguh mencoba menerangkan kepada Hyang Wisnu. Pria yang sedang bersamanya itu tak lain adalah putra Hyang Wisnu sendiri, Bambang Srigatya.