KRjogja.com - Babad Selahardi yang memuat genealogi tanah Jawa mengandung berbagai ajaran mulia tentang kehidupan bermasyarakat.
Babad sebagai bagian dari karya sastra Jawa tentu tak sekadar mengandung unsur estetika semata.
Dalam bait-bait prosa (gancaran) maupun puisi tembangnya (geguritan-macapat), terkandung berbagai nilai-nilai luhur (good values).
Menurut Sartini (2004), nilai-nilai luhur dapat dikategorikan sebagai bagian dari local genius atau kearifan lokal.
Sementara itu, Moendardjito (dalam Sartini, 2004) menyebutkan bahwa, local genius memiliki ciri kemampuan untuk mengendalikan.
Di dalam Babad Selahardi, terdapat beberapa piwulang luhur akan pentingnya pengendalian dan manajemen diri.
Pentingnya menahan amarah
Di dalam cerita murkanya Hyang Guru terhadap putranya, Hyang Wisnu, lantaran memperistri selingkuhannya, pembaca dapat melihat bagaimana kemarahan dapat mengakibatkan hal-hal yang merugikan.
Pasca menghukum Hyang Wisnu, Hyang Guru justru mendapatkan masalah besar berupa serangan Prabu Selahardi.
Kemarahan Hyang Guru akhirnya mereda selepas menerima nasihat dari Hyang Narada.
Bisikan Hyang Narada bahwa hanya Hyang Wisnu lah sosok yang mampu menandingi Prabu Selahardi berhasil meluluhkan hati Hyang Guru.
Namun, kemarahan Hyang Guru ternyata hanya padam sejenak.
Tatkala Hyang Wisnu marak seba ke Suryalaya dengan didampingi putranya, Bambang Srigatya, amarah Hyang Guru kembali meledak.