SLEMAN (KRJogja.com) - Desain produk tidak sekadar memperindah tampilan sebuah benda. Namun desain harus memastikan produk tersebut fungsional, nyaman, mudah digunakan. Bahkan dapat benar-benar menjawab kebutuhan pengguna.
“Desain produk yang berpusat pada pengguna adalah pendekatan pengembangan produk yang menempatkan kebutuhan, perilaku, dan pengalaman pengguna sebagai fokus utama,” tandas Dosen Manajemen Rekayasa FTI UII Ratih Dianingtyas Kurnia, PhD mengemukakan hal tersebut, Selasa (2/12) sore dalam bincang bersama Manajemen Rekayasa FTI UII bertema ‘Siap Jadi Product Designer? Yuk Kenali Dunianya’.
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman mengenai ruang lingkup desain produk serta pentingnya inovasi yang berangkat dari kebutuhan pengguna. Dengan bincang-bincang ini diharapkan mahasiswa MR FTI UII dapat mengenali dunia proses desain secara menyeluruh. Sehingga menghadirkan produk-produk inovatif, memberikan solusi juga menghadirkan kenyamanan dan pengalaman penggunaan yang baik.
Baca Juga: Kemenkeu Luncurkan Program Asuransi Barang Milik Negara
Diungkap, desain bukan hanya soal kreativitas, tetapi tentang empati dan keberpihakan pada pengguna,. “Hal ini menekankan bahwa desain tidak hanya soal estetika atau kreativitas. Tetapi terutama tentang memahami kebutuhan, pengalaman, dan konteks pengguna,” sebut Ratih.
Melalui empati, lanjutnya, desainer dapat merancang solusi yang benar-benar relevan, bermanfaat, dan berpihak pada pengguna. Dengan demikian, desain menjadi proses pemecahan masalah yang berpusat pada manusia, bukan sekadar kreasi visual. Realita ini ajak Ratih, menjadi penting memahami user experience (UX) dalam proses perancangan. Menurutnya, produk yang baik adalah produk yang menyesuaikan kebiasaan dan preferensi pengguna, bukan sebaliknya.
Untuk memenuhi hal tersebut, menjelaskan bahwa seorang desainer produk perlu memahami lima tahapan design thinking. Tahapan ini mencakup empathize, define, ideate, prototype dan testing kepada pengguna. Keseluruhan proses ini membantu memastikan desain yang dibuat benar-benar relevan dan bermanfaat bagi pengguna.
Baca Juga: Kanwil Bea Cukai Jakarta Musnahkan 13,4 Juta Batang Rokok
Dosen Manajemen Rekayasa FTI UII mengungkap, penambahan fitur yang berlebihan sering kali memunculkan feature creep, yakni kondisi ketika kompleksitas meningkat tanpa memberikan nilai tambah signifikan bagi pengguna. Karena desain yang baik sebut Ratih Dianingtyas Kurnia, bukan diukur dari banyaknya fungsi.
“Tetapi dari sejauh mana solusi tersebut intuitif, mudah dipahami, dan benar-benar mendukung kebutuhan pengguna,” tambahnya. (Fsy)