YOGYA, KRJOGJA.com - Natanael dan Handoko, dua anak yang mulai beranjak remaja dipertemukan di pinggir kolam renang, Hotel Tentrem Minggu (1/12/2019). Kedua anak ini spesial, Natan sapaan akrab Natanael hidup dengan kondisi Cerebral Palsy sementara Handoko merupakan difabel Deaf Blind atau tuna rungu-netra.Â
Â
Keduanya belum pernah bertemu sekalipun sebelumnya, hanya sama-sama menyukai air. Natan kesulitan menggerakkan organ-organ tubuhnya akibat kelayuan otak, namun ia begitu berani dan menyukai tantangan.Â
Â
Handoko, tak bisa melihat dan mendengar, ia mengandalkan indera peraba untuk berkomunikasi dengan orang lain. Tapi, luar biasanya daya ingat dan sentuhan siswa SLB Helen Keler ini begitu tajam.Â
Â
Dengan meraba tangan, merasakan jam tangan atau rambut, ia bisa ingat siapa orang yang sedang berusaha berkomunikasi dengannya. Seperti saat ia memperlihatkannya kali ini, “Ini Jani,†ungkap Handoko terbata ketika bersalaman dengan Jani, salah satu inisiator Diveable yang ingin mengajak berkomunikasi.Â
Â
Begitu pula saat ia menjabat Sander, seorang penyelam profesional dari luar negeri yang datang langsung dari Lombok untuk menemani Handoko belajar selam hari itu. “Ini Sander, guru renang tadi,†kembali ungkap Handoko dengan terbata dengan diikuti mimik wajah menggoda Sander.Â
Â
Keingintahuan Handoko sangat besar, keterbatasan tak menghalanginya. Sama seperti saat beberapa waktu lalu, di mana ia akhirnya bisa merasakan, memegang langsung pesawat udara, yang lantas disadarinya begitu besar, bukan kecil seperti mainan yang pernah digenggamnya.Â
Â
Hari ini, di peringatan Hari Disabilitas Dunia, satu lagi keingintahuan dia tentang kehidupan di bawah air terwujud. Meski tak bisa melihat dan mendengar, Handoko bisa merasakan pengalaman bagaimana manusia bernafas di dalam air, bentuk peralatan yang digunakan untuk menyelam dan rasa berada di dalam air kolam renang.Â
Â
Sementara bagi Natan, pengalaman berusaha menyelam ini merupakan kali kedua setelah 2018 lalu. Saat itu sayang ia tak bisa melanjutkan kegiatan yang digemarinya itu lantaran belum adanya alat bantu pernafasan full mask karena mulutnya tak cukup kuat menggigit alat bantu nafas biasa.Â