Krjogja.com - YOGYA – TMC atau Teknologi Modifikasi Cuaca adalah sebuah teknologi baru untuk merekayasa cuaca di Indonesia.
Tiga provinsi di Indonesia mengajukan permohonan ke Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) agar digelar TMC.
DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat meminta penggunaan TMC untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi berupa banjir.
Hasilnya, TMC mampu mengurangi intensitas hujan sehingga tidak terjadi banjir. Rekayasa cuaca memiliki manfaat mengurangi kerugian akibat bencana.
Teknologi rekayasa cuaca di Indonesia sendiri diciptakan untuk keperluan pertanian, kekeringan dengan pengisian air di waduk, mencegah banjir.
Kegunaan lain TMC untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan gambut, kemudian mengatasi kekeringan dengan hujan buatan.
Baca Juga: Dokter-Dokter Bethesda Minum Jamu Bareng, Bakal Ada Hari Khusus 'Njamu' untuk Pengunjung?
TMC sendiri dikembangkan pada tahun 1977 atau era Presiden RI ke-2 Soeharto untuk keperluan pertanian.
Pada perkembangannya TMC banyak digunakan untuk penanganan kebakaran hutan dan lahan gambut karena intensitasnya meningkat.
TMC digunakan untuk mengantisipasi banjir, digunakan pada tahun 2011, jelang pelaksanaan Asian Games 2018 di Kota Palembang, Sumatra Selatan.
Pemerintah daerah meminta agar Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT sekarang BRIN, red) mengantipasi hujan.
Jika tidak ditanggulangi maka pembangunan venue akan terhambat hujan dan banjir, modikasi cuaca berhasil.
Pengembangan TMC untuk antisipasi banjir, Indonesia belajar dari Tiongkok, tuan rumah Olimpiade 2008.
"Kami mengadopsi modifikasi mengantisipasi hujan di China, yang menjadi tuan rumah Olimpiade. Kami belajar dan kami terapkan," kata Koordinator Laboratorium Pengelolaan TMC BRIN, Budi Harsoyo, dikutip KRjogja.com dari RRI, Kamis (11/1/2024).