Krjogja.com - Bulan Ramadhan bukan hanya tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang menjaga adab dan kualitas diri.
Guru besar dari Universitas Islam Negeri (UIN) Aji Muhammad Idris (UINSI) Samarinda, Kalimantan Timur Prof Bambang Iswanto mengatakan hal itu dalam kuliah tujuh menit (kultum) usai shalat subuh berjamaah di Samarinda, Jumat (14/3/2025).
Prof Bambang menjelaskan, adab dalam berpuasa, seperti yang tertuang dalam risalah Imam Al-Ghazali, mencakup berbagai aspek, mulai dari pemilihan makanan hingga pengendalian diri. Salah satu poin penting yaitu anjuran untuk mengonsumsi makanan bergizi saat sahur dan berbuka.
Baca Juga: Masjid Asy Syafaah Demakijo Berusia 1 Abad Lebih
"Makanan bergizi tidak hanya penting untuk kesehatan fisik, tetapi juga untuk menjaga kejernihan akal dan pikiran," ujarnya seperti dilansir Antara.
Ia menekankan bahwa konsep ini sejalan dengan program pemerintah, baik di tingkat nasional maupun daerah, yang berfokus pada peningkatan gizi masyarakat.
Prof Bambang juga menyoroti pentingnya konsep "halalan thayyiban," yang tidak hanya berarti makanan halal secara hukum, tetapi juga bergizi dan tidak membahayakan.
"Makanan yang kita konsumsi harus memberikan nilai positif bagi tubuh dan pikiran," katanya.
Baca Juga: Harda Kiswaya Ungkap Hasil Pertemuan dengan Manajemen PSS di Jakarta, Ingin Menang di Tujuh Laga
Dalam konteks puasa, Prof Bambang mengingatkan agar umat Islam tidak berlebihan dalam mengonsumsi makanan saat berbuka.
"Hindari makanan yang terlalu berminyak atau berkolesterol tinggi, karena justru dapat menimbulkan penyakit," tegasnya.
Selain aspek makanan, adab berpuasa juga mencakup pengendalian diri. Prof Bambang mengutip Imam Al-Ghazali yang menekankan pentingnya menghindari pertengkaran dan perdebatan.
"Orang yang berpuasa harus mampu menahan diri dari emosi negatif," nasihatnya.
Baca Juga: Newcastle United Ogah Tukar Pemain, Liverpool Cari Penyerang Baru di Klub Lain
Lebih lanjut, Prof Bambang mengingatkan tentang pentingnya menjaga lisan dari perbuatan dosa, seperti ghibah dan berkata bohong. "Lidah adalah sumber dosa yang paling mudah dilakukan, oleh karena itu, kita harus berhati-hati dalam berbicara," ujarnya.