Terkait Persoalan Wadas, Komunikasi 'Nguwongke' Harus di Kedepankan

Photo Author
- Minggu, 20 Februari 2022 | 18:10 WIB

KENDAL, KRJOGJA.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bercerita detail seputar persoalan Bendungan Bener yang tapaknya dibangun di sejumlah desa termasuk Desa Wadas, yang kini menjadi sorotan tajam masyarakat luas. Gubernur membeber hal tersebut saat memberi sambutan di resepsi Hari Pers Nasional (HPN) PWI Jawa Tengah, di Pendopo Kabupaten Kendal, Sabtu (19/2/2022) malam.

Dalam resepsi HPN yang dihadiri antara lain Ketua Umum PWI Pusat Atal Sembering Depari, Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Pusat Sassongko Tedjo, PT Semen Gresik, kalangan mitra kerja strategis PWI Jawa Tengah serta Bupati Kendal Dico M Ganinduto, sebagai tuan rumah.

Ganjar bercerita, Bendungan Bener sebagai proyek yang cukup besar dan Desa Wadas masuk di dalam wilayah pekerjaan proyek strategis sebagai penopang batu Andesit.

'Desa Wadas kini menjadi terkenal. Semua orang bicara andesit seperti layaknya orang bicara batu akik pada zamannya,'' katanya.

Bendungan Bener seluas 13.589 hektar ini, kata gubernur, akan menyuplai pengairan untuk lahan persawahan, dan diproyeksikan menjadi pembangkit tenaga listrik, menggunakan air batu dengan kapasitas 1.500 liter/detik yang mampu mengurangi potensi banjir 8,73 juta meter kubik.

Melihat seluruh manfaat tersebut, kata Ganjar, keberadaan bendungan diperlukan karena sejak 2013 sudah dirancang dan ada permintaan. Nilai kebermanfaatannya bukan saja per wilayah kebupaten Purworejo tetapi juga Wonosobo hingga Kulon Progo, Yogyakarta.

Tapi niat baik saja ternyata tidak cukup. Jika negoromowototo, maka desa mowocoro. Ketika negara mengeluarkan kebijakan yang mencakup desa, maka cara-cara yang dipakai untuk merealisasikan kebijakan tersebut harus memakai caranya orang desa. Karena jika tidak, justru akan melahirkan benturan di tingkat. bawah. Meski bendungan direncanakan sejak 2013, hingga kini penyelesaian belum kunjung usai.

“Sepertinya ada yang dilupakan oleh temen-temen tim teknis di lapangan. Mereka kini sadar, seluruh proyek ini dilaksanakan di desa tapi mereka lupa memakai cara-cara orang desa, yang spirit rembugannya masih sangat tinggi. Orang desa akan lebih merasa diuwongke ketika diajak rembugan dibanding diikutsertakan dalam ruang sosialisasi. Karena di desa itu semua bisa dirembug, asal ono tembunge,” papar Ganjar.

Dari ruang rembugan itu pasti akan muncul siapa sepakat dan tidak bersepakat, yang paling utama dalam rembugan itu ada kejujuran.

Berbicara tentang HPN, Gubernur menegaskan, kapasitas dan kerja kawan-kawan PWI telah menjadikan HPN sebagai ruang perjuangan jurnalistik.

Menurut Ganjar, tugas dan tantangan wartawan kian berat karena di ruang sebelah ada citizen journalism (aktivitas jurnalistik oleh warga biasa yang bukan wartawan) yang sangat begitu dahsyat.

Maka sebagai sumber informasi, wartawan dituntut mengenal sesuatu harus lebih dalam lagi dan disampaikan secara benar.

Ganjar bersepakat dengan lirik lagu 'Wartawan Ratu Dunia' milik grup Kasidah Nasida Ria. Lirik lagu tersebut adalah 'Bila wartawan memuji, Dunia ikut memuji. Bila wartawan mencaci, Dunia ikut membenci'.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: danar

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng-DIY

Jumat, 19 Desember 2025 | 23:10 WIB

FEB Unimus Gelar Entrepreneurship Expo and Competition

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:30 WIB

HISPPI PNF Jawa Tengah Resmi Dikukuhkan

Jumat, 12 Desember 2025 | 16:10 WIB

Kasus HIV/AIDS di Salatiga 1.055 Kasus

Kamis, 11 Desember 2025 | 10:05 WIB
X