KH Fadlolan: Negara Harus Dipimpin Seorang Ahli

Photo Author
- Senin, 27 Mei 2019 | 20:32 WIB
Dr KH Fadlolan Musyaffa Lc MA (kanan), memaparkan sikap-sikap yang harus dimiliki pemimpin dalam perspektif Islam di acara Ulama Menyapa. Foto: Chandra AN
Dr KH Fadlolan Musyaffa Lc MA (kanan), memaparkan sikap-sikap yang harus dimiliki pemimpin dalam perspektif Islam di acara Ulama Menyapa. Foto: Chandra AN

SEMARANG KRJogja.Com - Komisi Fatwa MUI jawa Tengah Dr KH Fadlolan Musyaffa Lc MA memaparkan, bahwa negara harus memiliki pemimpin sekalipun pemimpin dzalim. Sebab tanpa pemimpin, negara akan mudah hancur dalam hitungan hari.

"Figur pemimpin sangatlah penting dalam suatu negara. Sebagaimana saya ungkapkan tanpa hadirnya pemimpin maka tidak ada lagi yang menegakkan aturan. Orang akan mudah saling membunuh, bertikai dan kemudian hancur. Sekalipun adanya pemimpin yang dzalim, maka masih ada yang memimpin dan ditakuti, meski dengan cara-cara yang tak disukai rakyat. Saya ibaratkan hidup 60 tahun dibawah pemimpin dzalim dibanding hidup sehari tanpa pemimpin, maka negara akan mudah hancur tanpa adanya pemimpin", ungkap KH Fadlolan Musyaffa dalam acara Ulama Menyapa program siaran TVKU Universitas Dian Nuswantoro kerjasama dengan MUI Jawa Tengah, dengan tema Urgensi Pemimpin dalam perspektif Islam, Senin (27/52019) di Studio TVKU Amarta Semarang.

Lebih lanjut KH Fadlolan memaparkan bahwa figur pemimpin sangatlah penting dalam membawa masa depan sebuah bangsa. Karena itu menurut Islam, pemimpin yang utama adalah seseorang yang punya keahlian memimpin. Kedua adalah memiliki iman dan taqwa.

KH Fadlolan mencontohkan era baginda Rasulullah Muhammad SAW, dimana Rasulullah merupakan sosok yang memiliki keahlian dalam memimpin. Keahlian ini lah yang selalu melekat pada sosoknya sehingga menjadi pemimpin yang bisa mengayomi seluruh rakyatnya yang tidak saja terdiri dari umatnya yang beraga Islam saja, tetapi juga terdapat dari Yahudi, Majusi dan Nasrani.

"Berbeda dengan para pemimpin lainnya, dalam kepemimpinan Rasulullah selalu dituntun dengan Wahyu, sehingga tidak ada satu pun ketidakbenaran. Oleh karena itu pada kepemimpinan pasca Rasulullah, landasan iman dan taqwa diperlukan untuk menghidari kedzaliman", tandas KH Fadlolan.

Setidaknya para pemimpin menurut KH Fadlolan bisa meneladani sikap Rasulullah, antara lain tidak menggunakan emosi dan kekerasan. "Bagaimana kurang sabarnya Rasulullah, ketika salat saja dikalungi usus onta, jalan dilempari kotoran dan batu, difitnah dan dicaci. Tapi beliau tak pernah membalasnya dengan kekerasan atau sikap sama. Justru mendoakan supaya umat tersebut lekas sadar dan bertobat. Saya kira sikap-sikap inilah yang harus dicontoh, memberikan keteladanan", lanjutnya.

Dalam konteks kepemimpinan dan bernegara di Indonesia, KH Fadlolan menilai sudah benar berkiblat pada Rasulullah. Dalam mendirikan negara misalnya, adanya Piagam Jakarta adalah sama dengan Piagam Madinah di era Rasulullah. Dimana Islam sebagai mayoritas tidak memaksakan menjadi asas tunggal dalam bernegara, melainkan menjadi payung yang mengayomi seluruh entitas di dalamnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Administrator

Tags

Rekomendasi

Terkini

Libur Nataru, PLN Siagakan 315 SPKLU di Jateng-DIY

Jumat, 19 Desember 2025 | 23:10 WIB

FEB Unimus Gelar Entrepreneurship Expo and Competition

Jumat, 19 Desember 2025 | 20:30 WIB

HISPPI PNF Jawa Tengah Resmi Dikukuhkan

Jumat, 12 Desember 2025 | 16:10 WIB

Kasus HIV/AIDS di Salatiga 1.055 Kasus

Kamis, 11 Desember 2025 | 10:05 WIB
X