TAMPAK pekerjaan sebagai seorang Store Manager itu menyenangkan. Tinggal perintah dan mengatur anak buah sedemikian rupa, 'semaunya' sesuai keinginanya. Namun banyak yang tidak tahu, Ferry Ferdian (38), store manager di Informa Simpang Lima Semarang ini harus banting tulang dan memeras keringat untuk berada di posisinya saat ini. Pria kelahiran Majalengka, Jabar itu meniti karir dari bawah, mulai jadi seorang staf yang bergaji pas-pasan. Tak hanya itu, pengalaman berwiraswasta juga membentuk jati dirinya menjadi tangguh.
Sejak karir pertamanya sebagai seorang pekerja kecil tahunan lalu, Ferry memang sudah membiasakan diri untuk berani menerima tantangan yang ada. Tidak asal berani namun juga dengan pertimbangan dan strategi yang matang.
Selama mengambil kesempatan itu pula, Ferry selalu menunjukan kepada orang-orang di sekitarnya bahwa dirinya adalah pribadi yang dapat dipercaya kinerja dan tanggung jawabnya. Karena itu pula lah pencapaian karirnya dari seorang pool order staf, lalu organization, system & Supply, kemudian administration logistic control manager, deputy store manager, hingga sekarang menjadi store manager hanya ia tempuh dalam kurun waktu dibawah 10 tahun.
Ferry menjelaskan, yang menjadi kunci keberhasilan karir gemilangnya tersebut adalah karena kekuatan profesionalitas yang ia bangun dan kekuatan spiritualitas yang dirinya dapatkan dari keluarganya. "Profesionalitas itu bagi saya tercermin kepada tiga sikap, yaitu disiplin, jujur dan berani mengambil resiko, sedangkan spiritualitas merupakan kekuatan yang datang karena doa keluarga," ujarnya kepada KRJOGJA.com, Jumat (1/2/2019).
Disiplin baginya tidak hanya pada waktu, tetapi target dan program organisasi yang dikelolanya. Dalam hal waktu, Ferry tidak main-main. Meskipun jam kerjanya sebagai Store Manager dimulai jam 09.00 WIB, dirinya selalu hadir pada jam 07.00 WIB. Kehadirannya tersebut bahkan lebih awal dari pada beberapa karyawannya.
"Saya datang pagi, karena saya selalu menyalami (menjabat tangan) semua karyawan saya dari yang paling bawah, bahkan karyawan magang, hingga yang paling tinggi. Hal ini saya lakukan untuk melihat keadaan yang sebenarnya terjadi di lapangan, bukan dari laporan, sehingga kebijakan yang saya ambil tepat," ungkapnya.